Wednesday, October 24, 2018

Cerita Terbaru Ngentot Teman Kerja Sampai Hamil

Cerita Terbaru Ngentot Teman Kerja Sampai Hamil

Cerita Terbaru Ngentot Teman Kerja Sampai Hamil

Rasa ketidaksenangnya terhadap hubungan Alfi dan kakaknya Lila membuat Lidya menyetujui usul sahabat baiknya Sabrina untuk menjebak Alfi agar pemuda itu menyingkir dari kehidupan rumah tangga Lila untuk selamanya.

Sorenya itu..pukul 19.30

Seusai santap malam. Sabrina dan Lidya-pun langsung menjalankan rencana mereka.
“AAAAAAAAA!!!!” terdengar suara teriakan cukup keras.
Alfi yang bary saja hendak meminum obat-nya terpaksa menunda dulu niatnya itu. Dengan cepat ia berlari menuju ke arah muasal teriakan itu.
“Ada apaa, kak?!” tanya Alfi.
Dari ambang pintu dilihatnya Sabrina dan Lidya tengah meringkuk di atas tempat tidur sambil berpelukan. Wajah keduanya nampak ketakutan. Entah siapa di antara mereka tadi yang berteriak. Yang jelas Alfi merasa berkewajiban melindungi keselamatan ke dua gadis itu. Tapi ia hanya berani berdiri di ambang pintu. Ada perasaan sungkan karena di situ ada Lidya.
“Fiii!!… Kemariii cepatt!!. Tolooongg !!”
Setelah Sabrina yang memintanya masuk barulah ia melangkah maju dengan hati-hati.
“Ada apa, kak?” ia melontarkan pertanyaan yang sama sambil menaikkan kewaspadaannya. Pandangannya menyapu cepat ke semua sudut kamar tersebut. Namun ia tak melihat orang lain di situ selain mereka bertiga.
“I..tuuu!”ujar Sabrina menunjuk ke arah salah satu sudut.
“I-itu..apa kak?” tanya Alfi bingung sebab tak ada apa-apa di sudut itu.
“T-tikuss!”jawab Sabrina dari tempatnya.
“T-tikuss, kak?” Alfi mengulangi ucapan Sabrina hanya sekedar untuk meyakinkan pendengarannya.
“Iyaaa Fiii! Tikus!…tolonggg usirinnn!”
Astaga…cuma tikus rupanya! Tapi kedua gadis itu bertingkah seolah melihat hantu atau penjahat saja. Keluh Alfi dalam hati. Tapi setidaknya ia bisa napas lega sebab hal itu bukanlah suatu yang membahayakan bagi jiwa kedua gadis itu. Lantas bagaimana pula tikus bisa nyelonong masuk ke kamar ini? Sebab selama ia tinggal bersama Lila dulu tak pernah sekalipun ada kejadian seperti ini. Sesaat kemudian Alfi tertegun. Ia barulah menyadari jika ada sesuatu yang luar biasa di dalam kamar itu. Kedua gadis itu!..mereka hanya mengenakan pakaian yang lebih minim dari biasanya. Hanya sebuah tangtop putih yang sangat tipis berpadu dengan sepotong…celana dalam! Alfi dapat memastikan keduanya tak mengenakan bra karena ia dapat melihat secara samar-samar puting-puting yang tercetak jelas di permukaan tanktop mereka. Seketika itu juga tubuhnya seakan dialiri strom bertegangan tinggi dan tanpa dapat dicegah penisnya menegang secara cepat.

“G-ga ada kak” ujar Alfi tergagap berusaha mengalihkan pandangannya dari kaki-kaki panjang nan indah juga putih bersih yang selama ini hanya sebagian kecil saja yang dapat ia nikmati…kini semuanya terpampang utuh dihadapannya.. Ia menduga tadinya kedua gadis itu sudah bersiap-siap untuk tidur dengan pakaian seperti itu.
“Coba periksa sekali lagiii, Fii! Dia pasti ada di situu!!” teriak Sabrina ketakutan sambil menunjuk ke arah lemari pakaian di sudut kamar.
“I-iya kak..iyaa..ini Alfi sedang nyari kok…”
Untuk meredam kegelisahan hatinya, Alfi langsung memeriksa di sekitar tempat yang ditunjukan Sabrina kepadanya. Tapi lagi-lagi konsentrasinya terganggu saat ia dapati di sana sini berceceran bra dan celana dalam wanita. Itu pasti milik ke dua gadis itu. Duh! bentuk dan warnanya yang beragam membuat tubuh Alfi semakin panas dingin.

“B-beneran ga ada kok kak”ujar Alfi setelah yakin tak menemukan apa yang ia cari.
“Barangkali dia kabur ke kolong tempat tidur, Fi!”ujar Sabrina.
Alfi merendahkan kepala ke bawah kolong tempat tidur.
“Di bawah sini juga ga ada, kak” ujar Alfi setelah puas mencari ke sana kemari.

Ketika ia mengangkat kepalanya, ia dibuat tercekat… karena kurang dari satu meter dari wajahnya… Sabrina tengah duduk berlutut di bibir kasur dengan paha agak melebar sementara pandangannya berada tepat dalam sebuah garis lurus dengan bagian yang menonjol di pertemuan kedua batang paha putih gadis itu. Glek! Alfi meneguk ludah namun seakan gumpalan air liurnya begitu sulit masuk. Betapa ia begitu dekat dengan keindahan surgawi yang diidamkan banyak pria di dunia ini

“Masa ga ada, sih? Mungkin dia sudah sembunyi”ujar Lidya ikut nimbrung. Si judes yang molek itu merangkak maju ke sisi Sabrina.
“I-iiya kak tidak ada. Alfiii rasa kakak tadi cuma salah lihat sajaaa” jawab Alfi terus tergagap dan salah tingkah. Tubuh Lidya terlihat lebih ramping dari Sabrina. Payudaranya juga tak sebesar milik Sabrina namun sungguh ideal dan indah…mengingatkan Alfi akan Lila.
“Tapi kakak yakin sekali kalau yang melintas tadi itu adalah tikus” ujar Sabrina. Tentu saja sebagai gadis petualang cinta ia bisa melihat kegelisahan Alfi saat itu.
“Uhh baiklah, akan Alfi cari lagi..” ujar Alfi. Karena Sabrina begitu yakin, maka ia-pun kembali mencari. Kali ini setiap sudut kamar ia periksa secara teliti. Namun tetap saja tikus karangan kedua gadis itu tak kunjung ia temukan.
“Gimana nih Rin?’ tanya Lidya.
“Kita bobo di kamarnya Alfi dulu sampai tikusnya ketangkep”ajak Sabrina.
“Kamu pindah saja sendiri ya, Rin. Aku tetap di sini. Ntar aku malah ga bisa tidur di kamar itu”jawab Lidya.
“Ya sudah. Kalau begitu aku pindah sekarang soalnya aku ngantuk banget nih!”
“Sama nih. Sedari tadi aku juga merasa ngantuk. Pasti ini gara-gara obat batuk yang kita minum tadi sore”ujar Lidya menimpali. Ia sengaja ingin Alfi tahu kondisinya saat itu.
“Lho kak. Lantas Alfi gimana dong?” sela Alfi bingung mendengar dialog cepat kedua gadis itu.
“Hi hi iya, Fi. Kamunya jangan pergi dulu sampai tikusnya ketangkep. Kamu kan bisa nonton televisi yang ada di kamar ini sembari menunggu tikusnya muncul lagi”
“Ntar kalau tikusnya ga muncul-muncul juga, gimana dong kak?”
“Ya kamu tidur aja di karpet. Kan banyak bantal-bantal gede”
“Di sini?! M..akud kakak di..ka..mar ini?”
“Iya”ujar Sabrina.
Alfi sempat terperangah.
“T..api kak…”
“Tenang Fi. Kamu santai aja. Lidya ga keberatan kamu di sini. Ya kan Lid?”
“Iya ga pa pa…Asal jangan ngorok saja…..Hooaamm!”ujar Lidya sambil menguap panjang.

Sebelum Alfi sempat protes lagi Sabrina sudah pergi meninggalkan kamar dengan membawa bantalnya. Tapi ia tak masuk ke dalam kamar Alfi melainkan keluar ke pekarangan samping. Ia mengendap-endap di dekat jendela kamar dimana Lidya dan Alfi berada. Di tangannya ada sebuah kamera sudah dipersiapkannya sejak tadi. Sementara itu Alfi duduk di lantai kamar dengan hati resah gelisah. Matanya menatap ke arah televisi namun pikirannya tak kesitu. Ia sadar jika saat ini ada seorang bidadari tengah terbaring di atas kasur di belakang punggungnya dengan hanya memakai CD dan tanktop tanpa bra seperti tadi.




Begitu dekat. Terdengar olehnya suara elahan napas berat Lidya. Sepertinya gadis itu sudah tertidur lelap karena pengaruh obat batuk yang ia minum tadi. Paling tidak itu kesan yang Alfi tangkap saat itu. Hhhh…Alfi menghela napas. Kembali dirinya ditempatkan dalam kondisi rawan. Tentu saja bukan baginya namun rawan bagi Lidya. Sebagaimana peristiwa yang pernah ia alami bersama Lila dulu yang berujung dengan ternodanya Lila. Situasinya sangat mirip dengan yang ia alami saat itu. Kini ia kembali bersama seorang gadis molek yang tergolek tak berdaya dalam satu kamar tanpa ada orang lain di sana.

Sesekali ia menoleh ke setiap sudut kamar….berharap agar sang tikus itu muncul. Ia mencoba untuk mempertahankan akal sehatnya sambil menekan sisi lain dari dirinya yang dikuasai nafsu birahi. Namun semakin lama Alfi justru semakin gelisah. Perlahan tapi pasti sisi yang didominasi nafsu-birahilah yang mengguasai seluruh medan perang dalam dirinya. Sementara itu penisnya semakin terasa sakit karena terjepit di bawah sana.

Di sisa-sisa kesadarannya ia putuskan untuk pindah ke ruangan lain. Ia merasa ia akan semakin sulit buat mengendalikan dirinya jika terus-terusan berada di situ. Perlahan ia bangkit. Alfi mendekat ke arah tempat tidur dimana Lidya tergolek agak menyamping.

“K-kakk Lidyaa… kak…” Alfi mencoba membangunkan. Hening… Sebagaimana halnya Sabrina malam-malam kemarin Lidya diam tak menyahut.
Pulas sekali dia. Gumam Alfi.
“Kakk..”sekali lagi Alfi memanggil nama gadis itu. Namun Lidya tetap saja diam.

Semula niatnya ingin segera pergi dari situ namun naluri kelaki-lakiannya seakan tak rela membiarkan pemandangan indah di hadapannya berlalu begitu saja. Ia justru terpaku bediri di sisi tempat tidur. Menatapi wajah Lidya yang memang luar biasa cantik itu. Hidungnya itu… mancung indah tentu saja asli bukan buatan. Bibirnya yang penuh dan sensual itu bukan lukisan. Tak ada kata yang lebih pas buat menggambarkan wajah Lidya selain cantik. Bahkan…. mungkin melebih Lila.!. Alfi yakin sekali dengan penilaiannya itu.

Tak puas-puas ia menatapi wajah cantik itu. Namun hatinya tergoda untuk melihat keindahan lain yang dimiliki gadis itu. Sebagaimana kakaknya, Lidya tak hanya cantik namun juga memiliki bentuk tubuhnya yang aduhai. Tatapannya berhenti di dada Lidya yang membusung di balik kaos putih itu. Sungguh indah. Tak terlalu besar namun begitu pas..menggantung di tubuh sintal gadis itu. Napas Alfi menyesak saat matanya menangkap tonjolan kecil di puncak ke dua bukit kembar itu. Puting susu Lidya tampak meruncing …menekan permukaan kaus yang dikenakannya.

Tatapannya terus menjelajah…kali ini ia temukan pusar gadis itu mengintip karena kausnya sedikit tersingkap. Uh..Alangkah putihnyaa…Alfi sampai mendesis tak sadar. Kulit Lidya terlihat bak salju. Kemudian pandangannya singgah di kedua batang paha Lidya yang panjang. Itu adalah paha yang berisi… indah…dan putih mulus… diikuti bentuk pantat yang bulat bagus yang terbalutan oleh sepotong CD tipis. Sampai saat ini sama sekali tak ia temukan bagian yang buruk dari tubuh gadis itu. Semuanya indah sempurna……semuanya mengoda.. mulai dari kepala hingga ke ujung jari kaki.

Dan Glek! Kali ini Alfi meneguk ludahnya ketika matanya akhirnya sampai ke wilayah paling intim dari tubuh Lidya. Sebuah bukit mungil menonjol..dan terjepit di pangkal kedua paha Lidya. Lama Alfi menatap bagian itu. Ia tak tahu apakah Lidya masih perawan atau tidak. Tapi ia yakin sekali jika ukuran vagina gadis itu sangat sempit buat penisnya. Saat memikirkan hal itu seketika itu juga segumpal cairan precum memancar tak tertahankan dari ujung lubang pipisnya. Crittttt! Tubuh Alfi bergetar hebat.

Tubuhnya secara alami merespon apa yang ia saksikan saat itu. Hasrat kejantanan secara cepat memenuhi raganya. Di dalam benaknya kini membayangkan sebuah keintiman. Sebagaimana dulu..bertahun-tahun berselang…ketika ia menyelinap masuk ke kamar Dian yang tengah terlelap..untuk kemudian memerawaninya. Sebagaimana juga ketika ia pertama kali mengintimi Lila. Terbayang apa yang harus ia lakukan dalam situasi seperti ini…yang jelas Ia harus membebaskan penisnya dari kesesakan yang menyiksa dari celananya. Lalu perlahan naik ke atas ranjang. Dengan hati-hati merentangkan ke dua paha Lidya tanpa membuat gadis itu terjaga dari tidurnya.

Mengambil posisi di antaranya. Segalanya harus ia lakukan cepat namun. dengan hati-hati….Ia tak perlu repot-repot melepas CD Lidya. Cukup dengan menarik sedikit bagian bawahnya ke arah samping maka ia sudah cukup mendapatkan ruang buat melakukan penetrasi. Bagian puncaknya adalah sebelum gadis itu terjaga ia harus sesegera mungkin menusukan penisnya yang sudah berlumuran precum itu ke dalam vagina Lidya.

“ARGGGGHH!!” Alfi merintih lirih membayangkan betapa ketat-nya liang senggama gadis itu. Ujung penisnya terasa begitu gatal. Dan…

Cruutt..crutttt…lagi-lagi precumnya memancar. Terbayang rintih kesakitan gadis itu saat vaginanya terentang.

Namun Alfi yakin sekali begitu ia berhasil membuat Lidya orgasme maka gadis itu bakal langsung ketagihan. Untuk kemudian menjadi tergila-gila padanya. Bahkan kebencian gadis itu sirna dengan sendirinya sehingga pada akhirnya Lidya-pun akan menjadi salah satu kekasihnya. Cerita Sex 2015

Hayalan Alfi terus melaju tak terkendali dan semakin meracuni jiwanya sehingga ia memutuskan untuk melakukannya…Menggagahi Lidya. Tubuhnya serasa panas dingin. Sementara jantungnya berdetak semakin cepat. Di bagian bawah.. penisnya menegang kaku …begitu gatal dan butuh sebuah hisapan kuat dari sebuah vagina. Dan saat ini yang ia inginkan hanyalah vagina milik Lidya! Namun saat ia akan naik ke atas ranjang…Di detik-detik yang mendebarkan itu tiba-tiba saja terbayang wajah memelas penuh kesedihan…Lila. Wanita yang pernah ia gagahi dengan cara yang sama persis seperti yang akan ia lakukan pada Lidya sekarang ini.

“Duhh! Apa yang hampir aku lakukan?!” desis Alfi sontak undur lagi kebelakang.
Ia seakan baru tersadar dari mimpi buruk. Nyaris saja peristiwa buruk itu terulang lagi. Alfi sadar ia tak boleh menodai Lidya. Bukankah ia sangat menyayangi Lila? Itu berarti ia tak boleh menghancurkan perasaan wanita itu. Terbayang pula akibat lainnya yang bakal terjadi akibat ulah bodohnya ini. Betapa beruntung dan girangnya si Paijo dapat menyetubuhi Niken dan Lila secara sekaligus.

Sebelum hawa napsunya kembali menguasainya dan semakin tak terkendali, Alfi-pun bergegas keluar dari kamar itu tanpa memperdulikan Lidya lagi. Persetan dengan tikus jahanam itu!.umpatnya. Ia tak lari menuju ke kamarnya karena ia tahu Sabrina tengah tidur di situ. Sebagaimana malam-malam sebelumnya ia harus mencari tempat untuk menuntaskan hasratnya… para bidadarinya.

———————————
Lima menit berlalu.

Sabrina sudah kembali ke kamar. Dari jendela ia menyaksikan semua apa yang terjadi di dalam kamar. Ia sempat melihat Alfi pergi dari rumah dan menuju ke arah jalan besar.

“Gila! ternyata diapun tak bernapsu terhadapku. Sepertinya kita memang harus mengakui keunggulan kak Lila.” Umpat Lidya lesu.
Lagi-lagi mereka harus menerima kenyataan pahit.
“Aneh sekali? Sepertinya tadi itu hampir berhasil..tapii…”gumam Sabrina agak binggung. Ia setidaknya hanya butuh beberapa detik saja dan ‘klik’ ..maka misi mereka-pun selesai.
“Sudahlah aku mau tidur!. Besok biar kusuruh ia pulang saja ke tempat kak Lila. Terserah kak Lila masih mau terus berselingkuh dengan bocah itu. Aku sudah tak perduli lagi!. Yang penting aku tidak mau ia tinggal di sini!”ujar Lidya sambil menarik selimutnya.
“Duhh.. baru begitu saja sudah menyerah”goda Sabrina.
“Mau apa lagi?! Kita berdua kan sudah gagal total..Tal! Lagian ini sudah berjalan dua minggu sesuai dengan batas waktu janji kita kepadanya”pungkas Lidya
“Tapi anak itu benar-benar membuatku penasaran, Lid”
“Kok sekarang malah kamu yang ngotot sih Rinn?!”
Sabrina termenung sambil mencubit-cubit bibirnya. Jelas ia tak ingin menyerah begitu saja.
“Argggg!” tiba-tiba saja Sabrina berteriak.
“Duhh! Ada apa sih Rin. Bikin kaget orang saja!”protes Lidya.
“Dengarkan aku dulu, Lid!. Sebenarnya tadi itu dan juga sebelum-sebelum ini kita tidak gagal menggodanya!

Buktinya aku sempat memperhatikan celananya yang mengembung karena ereksi saat ia berdiri memandangi engkau tidur tadi”ujar Sabrina dengan mata berbinar.

“Ok! Lantas apa bedanya? Ia toh tetap tak tertarik melampiaskan nafsu-nya pada kita”ujar Lidya
“Iya itu dia!..Anak itu pasti pergi ketempat seseorang yang ia sukai buat melampiaskannya!”
“M.maksudmuu diaa..?!..”
“Yaa!…Dia pasti pergi ke rumah kak Lila buat itu!”
“Hah?! T..apii apa mungkin kak Lila mau meladeninya sedangkan ia belum lagi empat puluh hari bersalin”
“Siapa tahu? Bukankah kakakmu selalu menuruti setiap keinginan anak itu! Jadi wajar saja kita selalu gagal”
“Setan jelek! Berani-beraninya mempermainkanku! Kalau begitu ayo cepat kita susul dia Rin!”ajak Lidya dengan perasaan gemas.

———————————
Jelas mereka tak mungkin menemukan Alfi di tempat Lila sebab pemuda tengah berada di rumah bidadarinya yang lain buat menuntaskan gairahnya. Beruntungnya Alfi saat itu Nadine baru saja akan mandi. Sementara Dian baru pulang dari sebuah acara kantor. Nadine langsung disergapnya dengan ciuman panas.

“Hpp…” Nadine tak sempat menyapa. Mulutnya disibukan membalas serbuan bibir dan lidah Alfi.
“Jangan-jangan kamu lupa lagi minum obatmu, ya Fi?”tebak Dian melihat kemunculan Alfi secara mendadak itu..
“Kak kita ke kamar saja yuk. Alfi sudah kangen banget sama kakakk” ajak Alfi tak sabaran. Tangannya meremas-remas gemas dua butir pepaya Calipornia yang masih tersembunyi di balik handuk Nadine.
“Aaaaaa..Fiiii..kamuu sama kak Dian-mu saja dulu, ya? Soalnya kakak ngantuk bangeeet” ujar Nadine berusaha menghindar.
“Aduh sepertinya aku sedang ga bisa, Nad!”
“Lho kenapa? Sedang ‘dateng’, ya An?”tanya Nadine
“Iya nih! Terpaksa kamu sendirian dulu yang ngeladenin Alfi”jawab Dian.
“Kalau begitu apa boleh buat.. tapi sayang, kamu tunggu sebentar ya. Kakak mandi dulu. Biar kita lebih nyaman gituannya”ujar Nadine tersenyum menggoda. Seletih apapun Alfi selalu saja berhasil membangkitkan birahinya.

Alfi terpaksa menunda sejenak hasratnya. Setelah lima belas menit kemudian Nadine baru keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan handuk. Lalu wanita cantik itu naik ke tempat tidur dan memberikan punggungnya ke Alfi untuk sebuah percintaan doggy. Alfi langsung mengambil ancang-ancang untuk melakukan penetrasi.

“Eng..Sayang! Sayang! Tunggu dulu!” tiba-tiba saja Nadine beringsut menjauh sambil menutup jalan penis anak itu. Rupanya ia teringat akan sesuatu.
“Lho ada apa kak?”tanya Alfi heran. Ujung penisnya urung menembus vagina Nadine.
“Sabar dulu ya sayang… kakak pasangin kamu kondom dulu ya?”ujar Nadine lalu ia sibuk membuka laci di samping ranjang. Dari sekian banyak gadis Alfi hanya dia yang paling sering diintimi Alfi dengan pengaman. Menurut Lila, Nadine memiliki kesuburan yang paling tinggi di antara mereka semua. Cukup satu kali persetubuhan bisa langsung terjadi pembuahan.

Dan saat ini Nadine belum berencana untuk hamil lagi karena ia ingin sedikit bersantai setelah selama dua tahun mengurus Alfina. Tapi Alfi sudah tak lagi bisa menahan hasratnya. Pinggang Nadine diraihnya seraya menusukan kejantannya ke belahan bibir vagina Nadine. JLEPP! Nadine hanya mampu menjerit nikmat saat penis hitam Alfi yang besar nan panjang itu bersarang utuh ke dalam vaginanya.

“ARRRGGHHHH! S-sayaangg! Kamu caaabut duluuu.. Ntar kalau sudah pakai pengamanmu baru kamu masukin lagiii..”pinta Nadine sambil berusaha mendorong Alfi menjauh.Namun Alfi tak bisa lagi menjawab di dalam kukungan kenikmatan dasyat itu. Ia justru mencekal pinggul Nadine semakin erat sambil merintih-rintih.
“Oughhhhhhh Kaakk..e-nakk bangett….”.
“Oughhhh…Yah sudahlah…..Tapi kamu harus janji ga boleh muncrat di dalem! Arghh..” akhirnya Nadine mengalah pada hasrat anak itu. Selain Ia menjadi tak tega setelah mendengar rintihan Alfi, kenikmatan yang berasal dari gesekan langsung kulit kejantanan Alfi tersebut terlalu nikmat untuk ditukar dengan latex. Tapi baru tiga kali genjotan tanpa ia duga-duga tiba-tiba penis Alfi berdenyut hebat di dalam liang senggamanya. Dan tanpa tertahankan lagi oleh Alfi….CROOOOTTT!!! Ia berejakulasi.

“AAAAARRRRRGHH Kaaaaak!!”
“Ohh Sayaaaang! K-kamuu?! Kamu ?!.ARGGHH. Tidaak!! Cabuut Fiii!! Cabutt duluu!!!” Nadine sungguh terkejut ketika sebuah semburan kuat dan panas menerjang tepat di mulut rahimnya. Ia benar-benar tak menyangka jika Alfi akan mengalami ejakulasi sedini itu. Sebisanya ia berusaha melepaskan tautan kemaluan mereka. Tapi terlambat. Semburan kuat berikutnya susul menyusul menghantami peranakannya.Cerita Sex 2015

CROOOOTTT!!!… CROOOOTTT!!!

CPLOK! Akhirnya Penis Alfi berhasil juga terlepas. Tapi Nadine tetap tak bisa menjauh. Tubuhnya terperangkap di bawah payungan tubuh Alfi yang masih terus mengenjan. Beberapa semburan lendir panas lainnya terlontar dari lubang pipis anak itu. Dan Nadine terpaksa menerima hujan lendir kenikmatan Alfi dengan punggungnya. Menunggu hingga pemuda itu menyelesaikan ejakulasinya. Setelah Alfi selesai menuntaskan kenikmatannya. Nadine membalikkan tubuhnya sehingga dirinya berhadap-hadapan dengan tubuh Alfi.

“Arghh! Lihat apa yang sudah kamu perbuat barusan! Badan kakak jadi lengket semua!” ujar Nadine dengan mata membola.
“Uhh..Maafin Alfi ya kak. Soalnya Alfi sudah kebelet bangett tadi ituu..” aku Alfi jujur. Ia tak bermaksud membuat Nadine kesal gara-gara kejadian ini. Ia benar-benar tak kuasa mengendalikan diri gara-gara godaan Lidya dan Sabrina di rumah tadi.
“Tapi seharusnya kamu menuruti omongan kakak tadi. Biarkan kakak pasangin kamu pengaman dulu …. Kakak kan bisa hamil lagi gara-gara ini?!. Duhh.!!”keluh Nadine kesal.
“Kak ..maafin Alfi ya..Alfi ngaku salah..”
Nadine menghela napas sambil memandangi wajah penuh penyesalan Alfi.
“Anak nakal! Kemari!”ujar Nadine merangkul leher Alfi. Lalu melumat bibir anak itu. Ia benar-benar tak bisa marah kepada anak ini. Siapapun tahu Alfi memang selalu kesulitan mengatasi dorongan hasratnya dan tadi ia sudah berusaha keras menahan hasratnya.

Masih untung Alfi tak sampai melampiaskannya pada Lidya dan Sabrina. Nadine juga tahu jika Alfi memang tak pernah berniat bersikap kurang ajar seperti yang sering dilakukan Paijo.

“Kakk maafin Alfii…”ujar Alfi lagi.
“Sudahlahh sayangg..”
“Tapi kak..gimana kalau..”
“Ga paa paa…semuanya sudah terlanjur..Biarlah kakak melahirkan anak kamu lagi”
“Bener kakak.. r-rela?…”
“He em sayang.. Mau kamu hamilin sekarang atau nanti juga ga ada bedanya. Toh hal ini pasti akan terjadi juga”
“Uhh..Kamu masih mau lagi sayaang?” tanya Nadine saat merasakan penis Alfi yang berkedut di atas perutnya
“He uh kak…”
“Kakak juga pingin sayaang..”

Masih dalam posisi misionary. Nadine meletakkan sebuah bantal di bawah pinggulnya. Dengan begitu Ia akan memperoleh penetrasi maksimal dari penis Alfi. Lalu ia bentangkan pahanya lebar-lebar.
“Ohh..kakk..” Alfi sangat menyukai penampilan wanita klasik seperti Nadine.
Bulu kemaluannya dibiarkan tetap tumbuh rimbun hingga menutupi areal luas di sekitar pubiknya. Sementara itu bibir vaginanya basah dan merekah sehingga Alfi dapat mengintip liang surga di baliknya yang tengah berkedut-kedut yang siap menantinya dengan janji sejuta nikmat yang ada di dalam situ.
“Kemarii..tindih kakak…”bisik Nadine. Lalu mereka berciuman. Sementara tangan Nadine menangkap kejantanan Alfi yang masih berlumuran lendir itu lalu membimbingnya memasuki liang kenikmatannya. Perlahan….bibir vaginanya terbelah……sementara Alfi menekan…

Dan… Jleeeepp…penis hitam meraksasa milik Alfi kembali bersarang di liang senggama Nadine.

“YAARRRGG….Saayanggg!..”Nadine-pun merintih.

Kedua kakinya yang panjang itu langsung membelit pinggang Alfi. Meski tak ada sensasi gelitik seperti yang diakibatkan oleh penis Paijo namun Ia jauh lebih suka apa yang dimiliki oleh Alfi. Kejantanan sebesar itu mampu menyentuh seluruh sisi dalam liang senggamanya tanpa terkecuali…selain itu daya tahan serta kehangatan Alfi merupakan sesuatu yang sangat didambakan oleh kaum wanita di atas ranjang.




Setelah kemaluan mereka bertaut, Alfi mulai mencumbui kekasihnya itu. Bibir dan lidahnya sangat terlatih itu terus meniti daerah-daerah sensitf Nadine. Ia sangat tahu apa yang disukai para wanitanya. Kecupan-kecupan ringan…. juga hisapan…. sampai gigitan-gigitan mesra pada leher dan telinga Nadine yang membuat Nadine terpekik lirih dan semakin larut dalam lautan keintiman. Hingga akhirnya kecupannya singgah di dada Nadine. Alfi langsung menuju titik gairah tertinggi pada wilayah itu… Dan..tap! Ia pagut puting wanita itu. Srllpppp…Srllpppp… terdengar seruputan-seruputan bercampur air liur Alfi.

“Oughhhhhhhh saayaangg…..”rintih Nadine sambil menekan kepala Alfi semakin erat ke dadanya. Puting susunya memang sudah tak lagi mengeluarkan ASI namun Alfi tetap menguluminya dengan rakus. Nadine tak hanya memiliki payudara terbesar dan terindah di antara semua gadisnya. Dada besar itu juga mengingatkan Alfi akan Sabrina.

“Kamu pasti kepingin kan kalau payudara kakak keluar susu lagi?.. Ughhhh..”..”tanya Nadine di sela rintihan kegeliannya. Sementara Alfi hanya dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan anggukan sebab mulutnya terlalu sibuk saat itu.
“Kalau begitu bikin kakak hamil lagi, sayang..” lanjut Nadine. Ia senang dan bangga sekali karena memiliki payudaranya yang alami namun berukuran besar. Alfi, Didiet bahkan Paijo sangat memujanya karena payudaranya itu.
“OUGHHH..Alfiiiii… entot kakak sekarangg…Uhhhg” rintih Nadine sambil menggerakan pinggulnya. Vaginanya sudah gatal sekali dan butuh garukan dari penis Alfi.

Mereka mulai lagi persetubuhan ini dari awal. Kali ini dengan gairah lebih tinggi…tanpa terbeban oleh apapun… yang ada hanya rasa saling membutuhkan yang lebih kuat. Alfi melepas payudara Nadine. Kini bibir mereka melekat satu sama lain saling menghisap gemas sementara lidah mereka bergulat liar. Saling mendesak…berkejaran dan berputar secara bergantian di rongga mulut keduanya. Mengimbangi rasa nikmat yang mendera di bagian kemaluan mereka.

“Ohhh Kaaakkk…” Alfi-pun merintih nikmat. Vagina Nadine meremas-remas setiap milimeter kejantanannya yang besar itu. Setiap kali ia menarik penisnya keluar maka liang itu akan membetot kuat…laksana sebuah mesin penghisap. Meski liang itu pernah di lalui oleh Alfina putri mereka saat lahir dulu, tapi masih terasa begitu ketat dan sangat nikmat. Bahkan dalam durasi yang panjang Nadine mampu menggunakan secara optimal otot-otot kegelnya.
Menit-menit berlalu dengan cepat,

“GRRAAAAAAAAAAAA!!!……….” Nadine tak kuasa menahan pekiknya saat ia memperoleh orgasme pertamanya.
Cepat-cepat Alfi merangkul pinggang Nadine sambil menekan penisnya sedalam mungkin hingga ujung penisnya mendesak masuk ke leher rahim Nadine. Agak menyakitkan buat Nadine tapi ia menyukai sensasi itu. Beberapa tahun belakangan, seiring kedewasaannya, penis Alfi mencapai ukuran terbaiknya hingga beberapa liang vagina para wanitanya tak lagi mampu menampungnya secara utuh seperti dulu.

“AAAAWWWW!!! FIIIHH!!” Nadine berulang-ulang memekik sepanjang denyut kenikmatan yang menderanya berlangsung. Tubuh sintalnya mengenjan dengan pinggulnya terangkat tinggi menyambut hujaman Alfi. Sementara Alfi juga merintih lirih…

“HHHGGGGGGG…K-KAAAAK..”. Tubuhnya bergetar karena nyaris tak mampu bertahan dalam gelombang kenikmatan dari lumatan liang senggama Nadine. Tapi ia belum ingin mengakhiri semua ini.

Ia akan memberikan sebuah persetubuhan yang panjang dan nikmat sebagai penghargaannya terhadap pengorbanan Nadine malam ini.
Setelah satu menit berlalu kecil pinggul Nadine menghentak-hentak di bawah himpitan tubuh Alfi. Gatal-gatal nikmatnya masih terus terasa di sekujur kewanitaannya meski orgasmenya telah berlalu.

“Makasih sayangg…” bisik Nadine sambil mengeratkan rangkulannya pada leher Alfi.

Ia kecupi wajah pemuda itu sebagai tanda rasa terima kasihnya atas kepuasan dasyat itu. Sedangkan kaki panjangnya tetap melingkar erat di pinggang Alfi seakan enggan berpisah dari pemuda itu.

“Hi hi hi Gila! kenceng banget teriaknya” ujar Dian tertawa geli. Ia duduk di pinggiran kasur menatap gelisah ke dua tubuh yang tengah saling melekat erat itu.
“Abis.. enak bangeeeet…”ujar Nadine di sela-sela sengalan napasnya.

Orgasme barusan memang kuat. Memperolehnya tak secepat bila bercinta dengan Paijo namun nikmatnya…jangan dikira! Sepuluh orgasme buatan penis kampung Paijo belum sebanding dengan orgasme barusan.

“Duhh! Sampe ngiri aku….” ujar Dian lagi. Sayang dirinya sedang mens, Jika tidak ia pasti sudah ikut meloncat ke dalam kancah persetubuhan itu. Percintaan Alfi dan Nadine sungguh membakar hasratnya. Kemampuan dan daya tahan Alfi memang pantas membuat banyak lelaki iri. Dirinyapun mengakui jika Alfi tetap beberapakali lebih baik dari Paijo dalam urusan ranjang. Sembari kedua wanita itu berbicara, Alfi terus menganyun pinggulnya.
“Entot kakak lagi sayang…sekarang giliran kamu dapet..” bisik Nadine
“He uh k-kak”
“Kamu tetap mau di atas?”tanya Nadine. Tentu saja Ia tahu sekali apa yang disukai Alfi sebagai posisi orgasmenya. Posisi missionary.
“Iya kak..”jawab Alfi.

Meski tubuhnya basah kuyup oleh peluh yang mengucur deras namun ia tak henti-hentinya menggenjot Nadine. Pinggulnya bergerak sesuai ritme kenikmatan. Terkadang lembut perlahan..terkadang cepat. Penisnya membombardir liang lembut itu.

“Oughhh sayanggg…. sepertinya kamu juga sudah mau dapet..” tanya Nadine. Ia tahu hal itu saat memperhatikan mimik wajah Alfi.

Beberapa saat lagi penis anak itu akan mengisi rahimnya dengan benih-benih subur. Kali ini sebanyak apapun sperma yang bakal dikeluarkan testis Alfi tak lagi membuatnya kuatir. Ia siap mengandung keturunan Alfi sekali lagi.

“Sedikiit lagii kakaak!…”rintih Alfi. Genjotannya semakin liar dan cepat.
Gdurabk!..Gduraak!..Ranjang indah itu berguncang-guncang hebat bagai sebuah kapal diguncang badai. Seprey nya pun acak-acakan tak karuan lagi.
“ALLLLFIIIIII!!!! AARRRGGHHHHH!!!”Nadine menjerit-jerit. Penis Alfi sungguh terlalu enak…
“Glek!“ Dian sampai meneguk liur dan menggigit bibirnya sendiri saat menonton persetubuhan itu.
“K.kkakaaakkk Alfiii dapeettT ARGGGHHHHH!!!!!”rintih Alfi. Hanya beberapa detik menjelang bendungan kenikmatannya jebol. Ia tekan penisnya sejauh ia bisa hingga pubiknya kandas di pubik Nadine.

“Keluarinn sayaaangg!!!…kitaa beRENGGG..ARGGGHHHHHH!!!” Nadine memekik kuat dalam sengatan kenikmatan itu. Ternyata pertahannannya lebih dulu bobol sepersekian detik dari Alfi. Seketika itu dinding vaginanya mengembang dan mencekik kuat penis Alfi sehingga Alfi-pun terpekik..
“AAAAARRRRRGHH KAAAAAKK!!!!!”

Penisnya berdenyut kuat dan… CROOOOTTT!!! Segumpal besar lendir terlontar bak peluru dari lubang pipisnya tepat di mulut peranakan Nadine. Nikmatnya sungguh tak tertahankan bagi Alfi…mendera kejantanannya dari ujung hingga ke pangkal lalu gumpalan besar berikutnya datang susul menyusul.

CREEEETTT!!!… CROOOOTTT!!!.. CROOOOTTT!!!
“AAAAARRRGGHHH!!!!” Alfi mengerang-erang. Liang senggama Nadine terus menghisapnya di sepanjang orgasme super enak itu berlangsung.

Lagi…dan lagi… CREEEETTT!!!… CROOOOTTT!!!.. CROOOOOOOTTT!!!
“AARGHHHHHHH!!!!” Nadine pun terus memekik dan mengenjan.

Gelitik nikmat yang mendera kewanitaannya benar-benar keterlaluan hingga ia hilang separuh kesadarannya. Kejantanan Alfi terus saja memberinya kenikmatan sambil berkejat-kejat memuntahkan benih yang tak terkira banyaknya seakan tak ada habis-habisnya



No comments:

Post a Comment

Cara Pasang Apk | Cara Betting | Cara Bermain | Panduan Bermain Casino

Popular Posts