Thursday, January 24, 2019

Cerita Hot Terbaru Pengalaman Ngentot Dengan Cewek Bejing


Cerita Hot Terbaru Pengalaman Ngentot Dengan Cewek Bejing

Waktu itu, bulan hanuari tahun 2001 di beijing, suasana tahun baru masih mewarnai kota itu. Selama liburan musim dingin itu banyak teman-teman dekatku termasuk roomate-ku yg pulang. Ku tdk pulang karena di musim panas sebelumnya aku baru pulang, sekalian menghemat biaya, apalagi saat itu sedang terpuruk.

Aku mengisi waktu luang selama 1 bulan itu dengan tour kekota-kota selatan yg cuacanya relatif hangat seperti hongkong, Shenzhen, dan Guangzhou

Sepulangnya ke Beijing, liburanku ternyata masih tersisa lebih dari 1 minggu. Sisa hari yg sepi dan membosankan itu kuisi dengan main PS, nonton VCD, dan jalan-jalan ke mall. Aku sering berkhayal bagaimana rasanya dingin-dingin gini ada cewek cantik yg menemaniku.

Akhirnya pada suatu ketika terwujud jg impianku. Suatu hari aku sedang berjalan-jalan di Xidan, salah satu pusat perbelanjaan di sana (sebagai info, harga barang di sini sangat murah, asal pintar menawar kita bisa mendapatnya dengan setengah harga). Lelah setelah berkeliling dan belanja seharian, aku memasuki restoran KFC untuk mengisi perut.

Ketika aku sedang makan, kudengar suara orang berbicara dlm bahasa Indonesia, ternyata suara itu berasal dari 2 cewek cantik duduk tdk jauh di sampingku.

Yg satu tinggi langsing, berambut panjang kemerahan, bermata sipit, dan yg satunya lagi berambut sebahu lebih dikucir. Aku tadinya bermaksud menyapa, namun kutunda niatku setelah kudengar mereka sedang membicarakan diriku.

Dengan sikap berpura-pura cuek, kusimak percakapan mereka.

“Eh, Len, liat nggak cowok yg sendirian disana tuh, oke jg yah..” kata yg rambut panjang.
“Gile loe, suaranya keras amat, kalo dia ngedenger gimana..?”
“tenanglah, biar denger jg dia nggak ngerti kok.” (ternyata mereka tertipu oleh wajah Chineseku yg mirip orang sana, ditambah lagi penampilanku waktu itu yg mirip orang lokal).

“Hhmm.., lumayan jg sih, rambutnya mirip Nicholas Tse, gatal ya Win, gara-gara udah lama ngga ketemu si Edwin.”

Aku berusaha menahan tawaku dengan menutup mulut atau melihat ke arah lain. Lalu aku sengaja lewat di depan mereka dan menyapa dengan ramah.

“Hai, anak Indo jg nih..!”

Mereka kaget setengah mati terutama yg berambut panjang itu, wajahnya memerah dan tertunduk malu, yg rambutnya dikuncir melirik pada temannya sambil tertawa kecil.

Singkatnya, perkenalan kami berlanjut dan kuketahui yg berambut panjang kemerahan itu bernama Winda, umur 22 tahun, sebaya denganku dan yg satunya bernama Sharlen, umur 20 tahun.

Mereka berdua sudah setahun belajar bahasa di sini. Senang sekali akhirnya aku dapat ngobrol panjang lebar dengan bahasa Indonesia lagi. Habis makan kami berkeliling menikmati suasana senja kota Beijing yg masih diselimuti salju.

Walaupun baru kenal, namun kami begitu cepat akrab, mungkin karena faktor senasib sepenanggungan di negeri lain. Sifat Sharlen yg kalem dan wajahnya yg imut seperti Kyoko Fukada membuatku jatuh hati padanya, aku berusaha untuk lebih mengenalnya lebih dlm.

Tdk terasa waktu cepat berlalu, sehingga sekarang sudah hampir jam 9 malam. Taksi yg membawa kami tanpa terasa pula sudah mendekati apartemen mereka di daerah Xueyuan Lu.

“Her, mau liat-liat tempat kita ngga? Temenin tuh si Sharlen, dia kan pengen punya pacar.” kata Winda sambil tertawa.
“Idihh, siapa yg mau, lu kali Win.” balas Sharlen menyikut temannya.
“Lain kali deh, takut kemalaman. Tempat gua masih jauh sih.” jawabku berbasa basi.
“Aahh, takut amat sih malam jg masih ada taksi kok, lagian Beijing kan aman ngga kaya Indo.” kata Winda.
“Iya Her, kita jg lagi suntuk nih, banyak yg pulang sih.” sambung Sharlen.

Akhirnya aku memutuskan mampir di tempat mereka dulu. Sebelum ke apartemennya, mereka membawaku mengitari daerah sekitar yg merupakan daerah kost dan sekolah pelajar-pelajar mancanegara itu.




Udara menjadi hangat dan tercium aroma khas kamar cewek begitu kumasuki kamar mereka yg tdk terlalu besar namun tertata rapih (beda dengan kamarku yg mirip kapal pecah).

“Eh, lu orang ngobrol aja dulu, gua mau berendam dulu yah.” kata Sharlen, lalu dia mengambil handuk dan menuju ke kamar mandi.

Sepeninggal Sharlen, aku dan Winda ngobrol-ngobrol sambil nonton TV. Winda orangnya agak bawel dan kocak, kami terhanyut dlm gelak tawa obrolan kami, dari situ kuketahui bahwa dia sudah punya pacar di Indonesia, kukorek keterangan lebih lengkap mengenai Sharlen, thanks God ternyata Sharlen belum ada yg punya, jadi terbuka kesempatan bagiku untuk mendapatkannya.

20 menit kemudian Sharlen keluar dari kamar mandi dengan memakai piyama ungu, rambutnya kini terurai sampai sebahu, wajahnya tetap menawan walaupun tanpa make-up.

“Win, udah tuh, ngga mandi lu..?” tanya Sharlen.
“Ok, gua mau berendam bath-tub dulu nih, lu duaan pacaran dulu gih..!” godanya sambil ngeloyor ke kamar mandi.

Sementara Winda mandi, aku melakukan pendekatan terhadap Sharlen, ditemani acara TV dan minum Red Wine sebagai penghangat badan kami ngobrol dengan penuh keakraban.

Sharlen orangnya agak pendiam, namun omongan kami terasa cocok, kupancing dia dengan kisah-kisah lucu agar dia menampakkan senyumnya yg indah.

Ternyata Sharlen orang yg tdk kuat minum, beberapa gelas red wine membuat wajahnya memerah dan bicaranya mulai ngelantur. Aku mengambil gelas dari tangannya dan menyuruhnya berhenti minum, kusarankan agar dia tidur saja, namun mendadak dia menjatuhkan dirinya ke pelukanku.

Aku hendak membetulkan posisinya, namun uupps.. secara tdk sengaja aku malah memegang toketnya yg terasa kenyal itu. Kutatap wajahnya yg manis dengan matanya yg sayu akibat mabuk, bibirnya yg tipis dan indah itu sungguh menggodaku.

Nafsuku mulai bangkit, kuberanikan diri memeluknya lebih erat, sesuai harapanku dia balas memeluku. Kusandarkan dia ke pinggir sofa, di dekat telinganya kubisikkan kata-kata romantis bahwa aku menaruh hati padanya. Wajahnya makin memerah mendengarnya, dengan penuh perasaan kukecup lembut keningnya.

Setelah kontak mata, sejenak kutempelkan bibirku pada bibirnya, sepertinya aku mendapat respon positif darinya. Dia melingkarkan tangannya pada leherku dan mulutnya membuka menyambut lidahku untuk beradu.

Kancing atas piyamanya kubuka dan kuselipkan tanganku ke dlm piyamanya, karena dia tdk memakai BH. Tanganku tdk mendapat halangan untuk menjelajahi toketnya dengan melakukan remasan dan mempermainkan putingnya hingga kurasakan puting mungil kemerahan itu mengeras.

Kubuka semua kancing piyamanya sehingga dapat kulihat jelas kedua toket Sharlen yg putih montok berukuran 34C. Aku menindihnya sambil terus ber-French Kiss, toketnya kuraba-raba dan kugesekkan kemaluanku yg menempel tepat pada kemaluannya.

Tubuhnya menggelinjang dan kurasakan napasnya yg mulai tdk teratur. Sekarang kami bertukar posisi menjadi aku di bawah dan dia di atasku, ditanggalkan piyamanya lalu menaikkan sweatter dan kaosku. Dijilatinya putingku sementara tangannya mengelus dada dan daerah selangkanganku.

Sedang asyik-asyiknya berciuman, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan Winda keluar dengan memakai gaun tidur sambil menyisir rambutnya yg agak basah. Dia tercengang melihat pemandangan di depannya, begitu jg aku. Sharlen dlm keadaan topless dengan tanganku di atas toketnya, tdk ada alasan apapun untuk mengelak.

Sharlen dengan nada mabuk malah berkata,

“Hai, Winngapain kok bengong sih..?”

Setelah hilang rasa kagetnya, Winda mulai tersenyum dan mendekati kami.




“Eh, sepertinya lu lagi butuh penghangat ya Len, gimana kalo lu jadi penghangat kita berdua Her..?”

Habis berkata, dia menanggalkan dasternya dan menyisakan sebuah celana dalam merah muda.

Tubuh Winda tdk kalah indahnya dari temannya, toketnya kencang berisi walaupun tdk sebesar milik Sharlen (berukuran 32B). Dia jg memiliki sepasang paha jenjang dan mulus. Aku membeWindan tempat di sebelah kiriku padanya, jadi sekarang posisiku sedang di antara dua gadis cantik.

Secara bergantian aku mencium dan meraba-raba tubuh mereka, mereka pun tdk kalah agresifnya membalas dengan melucuti satu persatu pakaianku.

Aku melumat bibir Sharlen dan tanganku menyusup ke balik celana piyama dan celana dalamnya, di sana kurasakan bulu-bulu halus dan kemaluannya yg sudah berlendir, bibir dan lidahku mulai menjelajahi leher dan pipinya yg halus lalu turun ke toketnya.

Sementara itu tanganku yg satu lagi meremas-remas toket Winda yg sedang merunduk dan membuka resleting celanaku dan mengeluarkan k0ntol yg sudah tegang, dimainkannya kontolku dengan kocokan, jilatan, serta kulumannya.

Setelah beberapa saat aku ingin ganti dikaraoke Sharlen dan merasakan tubuh Winda, maka kuraih kepala Sharlen mendekati k0ntolku.

Tanpa harus kusuruh lagi benda itu sudah dilahapnya dan menjadi permainan lidahnya. Tdk kusangka ternyata Sharlen yg seperti gadis lugu itu sangat ahli dlm hal ini (belakangan kutahu dia pernah petting dan oral sex bersama mantan pacarnya dulu).

Di saat yg sama aku sedang menikmati percumbuan dengan Winda, tanganku bergerilya menelusuri keindahan tubuhnya. Sesampainya di bawah, kutarik lepas celana dalam minimnya, kulihat kemaluannya yg masih rapat dihiasi bulu kemaluan yg rapih dan tdk terlalu lebat.

Harum tubuhnya menyebabkan nafsuku makin membara, tanganku memegangi kedua toketnya, kuhisap-hisap dan kusentil-sentilkan putingnya dengan lidahku. Tubuhnya mengelinjang disertai desahan merasakan kenikmatan yg yg tiada tara.

Kemudian Winda berlutut di sofa dan mendekatkan kemaluannya padaku. Dengan penuh perasaan kuciumi dan kujilati kemaluannya itu, lidahku membelah bibir kemaluannya mencari-cari klistorisnya. Dia mengerang sambil meremas rambutku dikala kujilat dan kusedot kemaluannya.

Ketika sedang enak-enaknya menikmati memek Winda, mendadak kurasakan k0ntolku mau meledak dan tepat ketika Sharlen sedang mengeluarkannya dari mulut dan mengocoknya, menyemburlah maniku membasahi wajah dan tangan Sharlen. Dia menjilati pejuh di sekitar mulutnya, lalu bersama Winda dia menjilati k0ntolku sampai bersih.

“Eh, mendingan pindah aja ke ranjang kita yuk, di sini sempit nggak enak..!” kata Winda memberi usul.

Kubantu Winda menggeser kedua ranjang di ruang itu hingga menyatu agar medan tempur menjadi lebih luas dan nyaman. Lalu kugendong Sharlen menuju ke ranjang yg sudah disatukan itu, kubaringkan dia di sebelah Winda yg sudah menunggu sambil berbaring menyamping.

Begitu naik ranjang, langsung kulucuti celana piyama dan celana dalamnya, sekarang seluruh keindahan tubuh Sharlen tertampang jelas di depanku, kemaluannya dipenuhi bulu-bulu hitam lebat, segaris luka jahitan (akibat terkena pecahan kaca waktu kecil) pada betis kirinya tdk sedikit pun mengurangi kemolekan tubuhnya.

Kedua paha jenjang Sharlen kurenggangkan dan kuarahkan kontolku yg sudah licin oleh ludah dan sisa maniku pada liang kemaluan Sharlen.

“Pelan-pelan Her, dia masih perawan loh..!” kata Winda.

Dengan perlahan aku mendorong kont0lku memasuki memeknya. Ternyata benar kata Winda, liang itu benar-benar sempit walaupun sudah dibantu ludah dan cairan kemaluan.

Untuk kedua kalinya kucoba lagi mendobrak benteng keperawanannya, kali ini jari-jariku membuka bibir kemaluannya, sementara tanganku yg lain membimbing k0ntolku memasuki liang itu.

Nampaknya usahaku mulai membuahkan hasil, sedikit demi sedikit k0ntolku mulai tertanam dan kurasakan jepitan yg kencang dari dinding memeknya. Sharlen merintih menahan sakit sambil mencengkram lengan Winda di sebelahnya dan menggigiti bibir bawahnya.

Setelah masuk setengahnya, langsung kutekan dlm-dlm dan kurasakan k0ntolku membobol suatu selaput, Sharlen pun menjerit kesakitan seiring dengan menetesnya sedikit darah dari kemaluannya.

Kupeluk dia untuk menenangkannya, nampak air mata menetes dari matanya. Sambil kubiarkan k0ntolku menancap, aku bercumbuan dengannya agar dia dapat membiasakan diri dulu.

Aku menyeka air matanya yg menetes lalu aku mulai menggoyangnya pelan-pelan. Tdk lama kemudian Shalen nampak mulai terbiasa dan menikmati permainanku, karena itu aku semakin mempercepat gerak maju-mundurku.

Sharlen terus mendesah sambil menggigiti jarinya dan meremas-remas sprei, sementara di sebelah kami Winda sedang menonton sambil bermain dengan toket dan kemaluannya sendiri.

Setelah 25 menit kami berganti gaya, kusuruh Winda tidur telentang dan Sharlen telungkup di atasnya dengan posisi doggy. Kembali kumasukkan k0ntolku dan menggenjotnya, tanganku bergantian meremas-remas pantat Sharlen dan mengobok-obok memek Winda.

Toket Sharlen ikut berayun-ayun seirama gerakan badannya dan putingnya saling bersentilan dengan puting Winda. Saking horny-nya, mereka jg berciuman dan bermain lidah, adegan ini membuat suasana bertambah hot dan gairahku memuncak.

Beberapa saat kemudian tubuh Sharlen mulai mengejang dan menjerit,

“Oooohhh.. Her.. nikmat.. aakkhh..!”

Akhirnya dia mencapai orgasme pertamanya, cairan cintanya menyelubungi k0ntolku sehingga terasa hangat dan licin. Cairan itu mengalir deras membasahi kemaluan kami. Sungguh suatu kenikmatan yg luar biasa, lebih nikmat daripada ketika ML dengan mantan pacarku dan teman Korea-ku yg sudah pulang ke negaranya.

Kemudian aku berbaring dan memeluk Sharlen sambil melumat bibirnya. Tanpa melepas ciuman tangannya, diam-diam dia meraih k0ntolku dan diarahkan ke memeknya. Sharlen melepas ciumannya lalu berjongkok di atas k0ntolku.

Tangannya membimbing k0ntolku memasuki liang memeknya, kunikmati setiap inci k0ntolku memasuki memeknya dengan meremas toketnya sampai tertancap seluruhnya.

Sebelum memulai dia tersenyum dulu padaku dan menyeka keringat di dahiku. Kumulai ronde ini dengan menyentakkan pinggulku ke atas yg dibalasnya dengan gerakan naik turun dan desah kenikmatannya.

Winda menciumku dan berkata,

“Her, sekarang bayar dulu hutanglu yah..!”
“Hutang? Hutang apaan..?” tanyaku bingung.
“Ini loh, pekerjaan lu yg belum beres tadi.” jawabnya sambil menaiki wajahku sehingga kemaluannya hanya beberapa cm dari wajahku.

Tanpa ngomong apa-apa lagi langsung kulahap kemaluan Winda yg sudah becek itu, lidahku menari-nari mempermainkan klistorisnya dan jari-jariku bertugas mengobok-obok liang memeknya. Lidahku kukeraskan agar dapat masuk sedalam mungkin ke dlm memeknya, sehingga menyebabkan goyangannya makin liar.

Tdk lama kemudian,

“Aduh.. Win.. Her.. gua.. keluar..!”

Sharlen menjerit pertanda mencapai orgasme. Tubuhnya menggelinjang sambil tangannya meremas toket Winda yg berlutut di depan membelakanginya.

Dan tdk urung Winda pun ikut menjerit karena bersamaan dengan itu dia jg mencapai klimaks, dan kemudian aku menyusulnya dengan menyemburkan pejuhku di dlm rahim Sharlen.

Kami bertiga orgasme dlm waktu yg hampir bersamaan, erangan kenikmatan sahut menyahut memenuhi kamar ini (untung saja temboknya cukup tebal untuk meredam keributan di sini).

Winda menjambak rambutku dan menjepit kepalaku dengan kedua belah pahanya dengan kencang, sehingga membuatku gelagapan disamping akibat semprotan cairan cintanya. Winda rebah di sampingku, begitu jg Sharlen, tubuh kami sudah basah bermandikan keringat.

Saat kucabut kemaluanku, kulihat benda itu sudah berlumuran berbagai cairan baik pejuh, ludah, cairan cinta, dan darah keperawanannya.

Aku lalu ke kamar mandi untuk membersihkan kemaluanku. Begitu keluar kudapati Winda yg masih bugil sedang duduk di sofa dan memegang gelas berisi red wine.

“Win, Sharlen gimana..?” tanyaku.
“Udah teler tuh, lu temenin gua minum aja sini.” katanya.

Aku lalu melihat Sharlen sudah tertidur pulas akibat kelelahan dan mabuk. Dengan tissue kulap keringat di dahinya dan kemaluannya yg basah oleh berbagai cairan. Lalu kuselimuti dia sampai ke leher, setelah mengecup bibirnya kutinggalkan dia dan menghampiri Winda.

“Uuff.. capeknya, bagi minumnya dong Win..!” kataku sambil menjatuhkan diri di sofa.

Dituangkannya segelas wine untukku, kami lalu melakukan ‘toast’ dan meminumnya sampai habis.

“Gimana barusan, Sharlen hebat nggak..?” tanyanya membuka percakapan.
Aku hanya mengangguk karena masih lelah.
“Walah.., jawabnya kok lemes amat, udah nggak kukuh nih ye..?” katanya.
“Lemes Win, daritadi lu cuma jilat-jilat aja sih makannya masih seger.”
“Ya udah, kalo gitu sini gua bikin seger lagi deh..!” tawar Winda.

Disuruhnya aku duduk membelakangi, lalu dia pijat pundak dan punggungku. Pijatannya lumayan enak, seterusnya tangannya maju ke depan mengelus dadaku, menempelkan dadanya di punggungku.

Dia melakukan ‘Thai Massage’ dengan menggesek-gesekkan dadanya di punggungku, hal ini menyebabkan gairahku mulai bangkit kembali, terutama saat tangannya mulai turun dari dada menuju daerah selangkangan, apalagi sesekali dia menjilat leherku.

“Gimana, udah agak segar belum..?” tanyanya dekat telingaku.

Lama-lama k0ntolku mulai menggeliat kembali, dengan tiba-tiba kubalikkan badanku, lalu menerkamnya dengan buas dan menindihnya. Secepat kilat bibirku menyambar bibirnya sebelum dia sempat menyelesaikan kata-katanya.

“Eehh, ngapain ka.. eemhh..!”

Toketnya kugeraygi sambil terus berciuman, dia pun memelukku erat-erat dan membalas permainan lidahku.

Setelah agak lama ber-French Kiss, aku mengambil botol wine yg isinya tinggal sedikit itu.

“Win, wine-nya tinggal dikit buat gua aja yah..?” kataku.
“Gile, gua sama Sharlen apa belum cukup, masih kedinginan jg lu..?”

“Hehehe.. bukan gitu Win, tp wine ini bakal tambah enak kalau dicampur..” aku tdk menyelesaikan perkataanku.
“Hah, dicampur sama apa sih..?” tanyanya tdk mengerti.
“Pernah dengar nggak kalau arak bagus dan wanita cantik adalah kenikmatan hidup..?” kataku menyeringai.
“Eh, Her, lu jangan macem-macem yah..!” katanya sambil mundur sampai pinggir sofa.
“Sini Win, gua jelasin maksudnya..!” kutarik tubuhnya lalu kutumpahkan wine itu mulai dari leher hingga selangkangannya.
“Oohh, gila lu Her.. jangan.. enngghh..” desahnya ketika kujilati tubuhnya yg telah mandi wine itu.

Lidahku bermain-main menjilati kulit lehernya yg berlumuran wine, setelah itu turun menuju toketnya dimana kurasakan kenikmatan ‘sambil menyusu minum arak’ mulutku terus turun menjilati wine di tubuhnya hingga kujilati kemaluannya yg mengandung ‘love juice wine’ itu.

Permainan lidahku pada tubuhnya membuatnya ribut mendesah. Sesudah menikmati ‘wine rasa Winda’ (atau ‘Winda rasa wine’), kududukkan dia di pangkuanku dengan posisi membelakangi.

Kubimbing k0ntolku memasuki memeknya, sedangkan tangannya membukakan bibir memeknya seakan mempersilahkan milikku untuk memasukinya. Sedikit demi sedikit akhirnya,

“Bleess..” menancaplah seluruh k0ntolku pada lubang itu, tdk begitu sulit menerobosnya karena dia sudah tdk perawan.

Kami mulai memacu tubuh kami. Sambil menggenjot tanganku meremas-remas toketnya dan memainkan putingnya, mulutku jg aktif menjilati leher, tenguk, dan telinganya, terkadang Winda menengokkan wajahnya untuk berciuman.

Tangan kirinya kuangkat, kepalaku menyelinap ke samping dan menyapukan lidahku pada daerah ketiaknya yg bebas bulu.

“Aaahh.. eemhh.. gila Her.. aawww.. geli..!” desahnya sambil meronta-ronta.
“Aakhh.. oohh hao shuang (nikmat)..!” Winda mendesah panjang dan menggoyangkan pantatnya lebih kencang.

Tangan kami saling menggenggam dengan erat, lalu kurasakan k0ntolku makin hangat dan basah oleh cairan cintanya, dia telah orgasme.

Winda berbaring di sofa untuk beristirahat. Aku mendekatkan k0ntolku yg masih berdiri tegak di dekat wajahnya. Rupanya dia mengerti maksudku, dan menggelengkan kepala.

“Jangan Her, jangan sekarang. Gua istirahat dulu..!” katanya memelas.

Tanpa memperdulikannya, kupegang kepalanya dan kudekatkan mulutnya dengan kepala k0ntolku.

“Ayo dong Win, cuma bersihin doang kok..!” desakku.
“Ngga mau, pokoknya gua. Hhmpphh..!” kata-katanya tdk sempat diselesaikannya karena keburu kujejali dengan k0ntol.

Lama-kelamaan dia mulai menikmati k0ntolku, diemutnya benda itu serta dijilati sampai bersih dari sisa-sisa cairan cinta. Agar tdk cepat-cepat orgasme, kusuruh dia berhenti, dia pun melepas k0ntolku dari mulutnya.

Sekarang kuangkat tubuh Winda dengan kedua kakinya melingkari pinggangku. Kembali kumasukkan k0ntolku ke dlm memeknya, kusetubuhi dia dlm posisi berdiri. Tubuhku kusentak-sentakkan dengan agak kasar sehingga membuatnya menjerit-jerit dan merem-melek tdk karuan. Kedua toketnya yg ikut tergoncang-goncang sesekali kuhisap.

Setelah 15 menit dlm posisi ini, aku mulai merasa berat oleh tubuhnya karena tenagaku selain dipakai untuk menggenjot jg dipakai untuk menopang tubuhnya, oleh karena itu kami beralih ke ranjang.

Kedua kakinya dikaitkan ke bahuku, aku terus menyodok-nyodokkan k0ntolku. Winda terlihat sudah kewalahan, rintihan yg keluar dari mulutnya makin lama makin lemas saja.

Beberapa menit kemudian akhirnya dia mencapai orgasmenya. Begitu kulepas k0ntolku dia langsung terkulai lemas, lalu kukocok k0ntolku dekat wajahnya sampai pejuhku muncrat di wajahnya. Dia sepertinya sudah terlalu lelah sampai tdk menghiraukan cairah putih kental yg membasahi wajahnya serta mengalir turun ke mulut dan lehernya.

Aku pun roboh di sebelahnya, kulihat Sharlen masih tertidur pulas seolah-olah tdk terusik oleh keributan kami tadi.

Sedangkan Winda terbaring lemas dengan tubuh basah kuyup keringatan, rambut panjangnya pun sudah acak-acakan, matanya menatap langit-langit tanpa mengeluarkan suara apa pun selain desah napasnya yg sudah ngos-ngosan. Toketnya naik turun mengikuti napasnya.

Kemudian Winda memanggil namaku dengan suara lemah,

“Her..”
“Kenapa Win..?” jawabku sambil menggenggam tangannya.
“Udah malam, lu tidur di sini aja ya..!” tawarnya.

Aku pun menerima tawarannya, karena badanku memang sudah lemas setelah menggarap 2 gadis sekaligus dlm waktu semalam, bisa-bisa menuruni tanggapun tdk sanggup.

Setelah kutarik selimut menutupi tubuhku dan Winda, aku langsung terlelap dan aku jg tdk tahu sudah jam berapa saat itu karena alam mimpi sudah begitu kuat menarik diriku.

Keesokan paginya aku terbangun sekitar pukul 09.00 pagi, Sharlen masih terlelap di sebelahku tp Winda sudah tdk di sampingku lagi. Aku merasakan kebelet ingin buang air kecil gara-gara semalam kebanyakan minum.

Segera aku menuju ke kamar mandi, ternyata Winda sedang mandi karena kudengar suara percikan shower dari dlm. Karena sudah terbiasa dengan tubuh telanjang kami dan sudah saling merasakan, makanya aku cuek saja mengetuk pintu.

“Win, boleh masuk ngga, gua kebelet nih..!” kataku.
“O lu Her.., buka aja ngga dikunci kok..!” sahutnya dari dlm.

Kudapati Winda sedang menyabuni tubuhnya di bawah siraman shower, aku dengan tenang menuju kloset dan memenuhi panggilan alam.

“Cao an (pagi), Win, rajin jg lu dingin-dingin gini sering mandi.” kataku.
“Gara-gara lu sih Her, badan gua jadi bau alkohol sama peju.”

Sambil pipis aku memperhatikan tubuh telanjangnya yg basah oleh guyuran air dan sabun, rambutnya penuh oleh busa shampo. Tanpa sadar aku terpana mengagumi keindahan tubuhnya padahal air pipisku sudah tdk keluar lagi. Rupanya dia sadar sedang kupandangi sehingga dia berinisiatif menawarkan diri.

“Ke sini aja Her kalo mau mandi bareng, emangnya gua gambar bokep yg cuma bisa ditatap aja..?”
Tentu saja aku tdk menolak tawarannya.

Aku mendekatinya, dan dari belakang kupeluk pinggangnya yg ramping, tubuhku kurapatkan dengan tubuhnya sehingga k0ntolku tertekan ke pantatnya.

Sambil meraba toketnya yg sudah licin oleh sabun aku mencium bibirnya, tanganku yg satunya turun mengelus-elus bagian selangkangan menyebabkan Winda mendesis nikmat.

“Mau coba main belakang..?” tanyaku di dekat kupingnya, dia hanya mengangguk pertanda setuju.

Winda menyandarkan kedua tangannya pada tembok dan aku menekan-nekankan k0ntolku agar dapat masuk ke dlm duburnya. Ternyata lubang itu luar biasa sempit, setelah mencobanya beberapa kali aku baru berhasil mendobraknya. Winda merintih-rintih menahan sakit saat kupaksakan k0ntolku memasuki duburnya.

Aku mulai memaju-mudurkan pantatku sambil tanganku bergerilya di pelosok tubuhnya, samar-samar rintihan kesakitan Winda mulai berubah menjadi rintihan nikmat, pinggulnya pun kini bergoyang-goyang membalas gerakanku.

Melalui cermin besar di sebelah kami dapat kulihat adegan seks kami di bawah siraman shower. Akhirnya kami mencapai klimaks bersama dan kukeluarkan pejuhku di punggungnya.

Winda membalikkan badannya dan tersenyum, namun bukan ke arahku, melainkan ke arah Sharlen yg berdiri di ambang pintu. Aku sempat kaget, aku tdk tahu sejak kapan dia di sana dan menonton adegan kami.

Tanpa berkata apa-apa dia jg tersenyum ke arah kami dan berjalan mendekat, this is not the end of the game, kami siap memulai babak selanjutnya. Demikian akhirnya kami mengisi liburan yg tersisa dengan pesta sex.

Sebulan kemudian aku resmi jadian dengan Sharlen di tempat yg cukup romantis, yaitu Yihe Yuan (Summer Palace), taman kerajaan yg merupakan salah satu objek wisata di Beijing.

Bulan Desember 2000 yg lalu aku kembali ke tanah air dan mendapat kerja. Sebulan kemudian Sharlen dan Winda menyusul karena situasi Indonesia sudah cukup kondusif.

Bulan Maret 2001, Winda menikah dengan pacarnya dan sekarang sedang mengandung anak pertamanya. Hubunganku dengan Sharlen banyak mengalami pasang surut, namun kami masih dapat mengatasi perbedaan antara kami, bahkan semakin dekat.

Untuk Winda, thanks ya, karena kamu telah banyak membantu menyatukan kami dan menjadi sahabat yg baik, selamat menempuh hidup baru yah.



No comments:

Post a Comment

Cara Pasang Apk | Cara Betting | Cara Bermain | Panduan Bermain Casino

Popular Posts