Cerita seks 2019 Selamat sore Tante oom ada
Daripada
ga ada yang dientot ya mending ngentot sama gadis tetanggaku yang masih
perawan dan memeknya masih sempit trus legit. Oke ga usah panjang lebar
langsung aja aku ceritakan pengalaman seks ku pada kalian semua ya .
Selamat menyimak.Minggu sore hampir pukul empat. Setelah menonton CD
porno sejak pagi penisku tak mau diajak kompromi. Si adik kecil ini
kepingin segera disarungkan ke vagina. Masalahnya, rumah sedang kosong
melompong. Istriku pulang kampung sejak kemarin sampai dua hari
mendatang, karena ada kerabat punya hajat menikahkan anaknya.Anak
tunggalku ikut ibunya. Aku mencoba menenangkan diri dengan mandi, lalu
berbaring di ranjang. Tetapi penisku tetap tak berkurang ereksinya.
Malah sekarang terasa berdenyut-denyut bagian pucuknya. “Wah gawat gawat
nih. Nggak ada sasaran lagi. Salahku sendiri nonton CD porno seharian”,
gumamku. Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil
segelas air es lalu menghidupkan tape deck. Lumayan, tegangan agak
mereda.Tetapi ketika ada video klip musik barat agak seronok, penisku
kembali berdenyut-denyut.Nah, belingsatan sendiri jadinya. Sempat
terpikir untuk jajan saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut kena penyakit
kelamin. Salah-salah bisa ketularan HIV yang belum ada obatnya sampai
sekarang. Kuingat-ingat kapan terakhir kali barangku terpakai untuk
menyetubuhi istriku. Ya, tiga hari lalu. Pantas kini adik kecilku
uring-uringan tak karuan. Soalnya dua hari sekali harus nancap.“Sekarang
minta jatah..”. Sambil terus berusaha menenangkan diri, aku duduk-duduk
di teras depan membaca surat kabar pagi yang
belum
tersentuh.Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Refleks aku
mengalihkan pandangan ke arah suara. Renny anak tetangga mendekat.
“Selamat sore Om. Tante ada?”
“Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai lusa. Ada apa?”
“Wah gimana ya..”
“Silakan
duduk dulu. Baru ngomong ada keperluan apa”, kataku ramah.ABG berusia
sekitar lima belas tahun itu menurut. Dia duduk di kursi kosong
sebelahku. “Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om bisa bantu”,
tuturku sambil menelusuri badan gadis yang mulai mekar itu.“Anu Om,
Tante janji mau minjemi majalah terbaru..”
“Majalah apa sich?”, tanyaku. Mataku tak lepas dari dadanya yang
tampak mulai menonjol. Wah, sudah sebesar bola tenis nih.
“Apa saja. Pokoknya yang terbaru”.
“Oke
silakan masuk dan pilih sendiri”.Kuletakkan surat kabar dan masuk ruang
dalam. Dia agak ragu-ragu mengikuti. Di ruang tengah aku berhenti.
“Cari sendiri di rak bawah televisi itu”, kataku, kemudian membanting
pantat di sofa. Renny segera jongkok di depan televisi
membongkar-bongkar tumpukan majalah di situ. Pikiranku mulai usil.
Kulihati dengan leluasa tubuhnya dari belakang. Bentuknya sangat bagus
untuk ABG seusianya. Pinggulnya padat berisi. Bra-nya membayang di baju
kaosnya.Kulitnya putih bersih. Ah betapa asyiknya kalau saja bisa
menikmati tubuh yang mulai berkembang itu.“Nggak ada Om. Ini lama
semua”, katanya menyentak lamunan nakalku. “Nggg.. mungkin ada di kamar
Tantemu. Cari saja di sana” Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak
itu meski sering main ke rumahku. Tetapi sekarang, ketika penisku
uring-uringan tiba-tiba baru kusadari anak tetanggaku itu ibarat buah
mangga telah mulai mengkal. Mataku mengikuti Renny yang tanpa
sungkan-sungkan masuk kekamar tidurku. Setan berbisik di telingaku,
“inilah kesempatan bagi penismu agar berhenti berdenyut-denyut. Tapi dia
masih kecil dananak tetanggaku sendiri? Persetan dengan itu semua, yang
penting birahimu terlampiaskan”.Akhirnya aku bangkit menyusul Renny. Di
dalam kamar kulihat anak itu berjongkok membongkar majalah di sudut.
Pintu kututup dan kukunci pelan-pelan.“Sudah ketemu Ren?” tanyaku.“Belum
Om”, jawabnya tanpa menoleh. “Mau lihat CD bagus nggak?” “CD apa Om?”
“Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini.”Gadis itu tanpa curiga segera
berdiri dan duduk pinggir ranjang. Aku memasukkan CD ke VCD dan
menghidupkan televisi kamar.“Film apa sih Om?” “Lihat saja. Pokoknya
bagus”, kataku sambil duduk di sampingnya. Dia tetap tenang-tenang tak
menaruh curiga. “Ihh..”, jeritnya begitu melihat intro berisi
potongan-potongan adegan orang bersetubuh.
“Bagus
kan?” “Ini kan film porno Om?!” “Iya. Kamu suka kan?” Dia terus
ber-ih.. ih ketika adegan syur berlangsung, tetapi tak berusaha
memalingkan pandangannya.Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku
memeluk gadis itu dari belakang.“Kamu ingin begituan nggak?”, bisikku di
telinganya.“Jangan Om”, katanya tapi tak berusaha mengurai tanganku
yang melingkari lehernya. Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang.
“Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum pernah kan? Enak lo..”“Tapi..
tapi.. ah jangan Om.” Dia menggeliat berusaha lepas dari belitanku.
Namun aku tak peduli. Tanganku segera meremas dadanya.
Dia
melenguh dan hendak memberontak.“Tenang.. tenang.. Nggak sakit kok. Om
sudah pengalaman..”Tangan kananku menyibak roknya dan menelusupi pangkal
pahanya. Saat jari-jariku mulai bermain di sekitar vaginanya, dia
mengerang.Tampak birahinya sudah terangsang. Pelan-pelan badannya
kurebahkan di ranjang tetapi kakinya tetap menjuntai. Mulutku tak sabar
lagi segera mencercah pangkal pahanya yang masih dibalut celana warna
hitam.“Ohh..
ahh.. jangan Om”, erangnya sambil berusaha merapatkan kedua kakinya.
Tetapi aku tak peduli. Malah celana dalamnya kemudian kupelorotkan dan
kulepas. Aku terpana melihat pemandangan itu. Pangkal kenikmatan itu
begitu mungil, berwarna merah di tengah, dan dihiasi bulu-bulu lembut di
atasnya. Klitorisnya juga mungil.Tak menunggu lebih lama lagi, bibirku
segera menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku mengaduk-aduk
liangnya yang sempit. Wah masih perawan dia. Renny terus menggelinjang
sambil melenguh dan mengerang keenakan. Bahkan kemudian kakinya menjepit
kepalaku, seolah-olah meminta dikerjai lebih dalam dan lebih keras
lagi.Oke Non.Maka lidahku pun makin dalam menggerayangi dinding
vaginanya yang mulai basah. Lima menit lebih barang kenikmatan milik ABG
itu kuhajar dengan mulutku. Kuhitung paling tidak dia dua kali orgasme.
Lalu aku merangkak naik. Kaosnya kulepas pelan-pelan. Menyusul kemudian
BH hitamnya berukuran 32. Setelah kuremas-remas buah dadanya yang masih
keras itu beberapa saat, ganti mulutku bekerja. Menjilat, memilin, dan
mencium putingnya yang kecil.“Ahh..” keluh gadis itu. Tangannya
meremas-remas rambutku menahan kenikmatan tiada tara yang mungkin baru
sekarang dia rasakan. “Enak kan beginian?” tanyaku sambil menatap
wajahnya. “Iii.. iya Om. Tapi..” “Kamu pengin lebih enak lagi?”Tanpa
menunggu jawabannya aku segera mengatur posisi badannya. Kedua kakinya
kuangkat ke ranjang. Kini dia tampak telentang pasrah. Penisku pun sudah
tak sabar lagi mendarat di sasaran. Namun aku harus hati-hati. Dia
masih perawan sehingga harus sabar agar tidak kesakitan. Mulutku kembali
bermain-main di vaginanya. Setelah kebasahannya kuanggap cukup, penisku
yang telah tegak kutempelkan ke bibir vaginanya. Beberapa saat
kugesek-gesekkan sampai Renny makin terangsang.Kemudian kucoba masuk
perlahan-lahan ke celah yang masih sempit itu. Sedikit demi sedikit
kumaju-mundurkan sehingga makin melesak ke dalam. Butuh waktu lima menit
lebih agar kepala penisku masuk seluruhnya. Nah istirahat sebentar
karena dia tampak menahan nyeri.“Kalau sakit bilang ya”, kataku sambil
mencium bibirnya sekilas. Dia mengerang. Kurang sedikit lagi aku akan
menjebol perawannya. Genjotan kutingkatkan meski tetap kuusahakan pelan
dan lembut. Nah ada kemajuan. Leher penisku mulai masuk.“Auw.. sakit
Om..” Renny menjerit tertahan. Aku berhenti sejenak menunggu liang
vaginanya terbiasa menerima penisku yang berukuran sedang. Satu menit
kemudian aku maju lagi. Begitu seterusnya. Selangkah demi selangkah aku
maju. Sampai akhirnya..“Ouuu..”, dia menjerit lagi. Aku merasa penisku
menembus sesuatu. Wah aku telah memerawani dia. Kulihat ada sepercik
darah membasahi sprei.Aku meremas-remas payudaranya dan menciumi
bibirnya untuk menenangkan. Setelah agak tenang aku mulai menggenjot
anak itu.“Ahh.. ohh.. asshh…”, dia mengerang dan melenguh ketika aku
mulai turun naik di atas tubuhnya. Genjotan kutingkatkan dan erangannya
pun makin keras. Mendengar itu aku makin bernafsu menyetubuhi gadis itu.
Berkali-kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika kakinya dijepitkan ke
pinggangku dan mulutnya menggigit lengan atau pundakku.“Nggak sakit lagi
kan? Sekarang terasa enak kan?”
“Ouuu enak sekali Om…”
Sebenarnya aku ingin mempraktekkan berbagai posisi senggama. Tapi
kupikir untuk kali pertama tak perlu macam-macam dulu. Terpenting
dia
mulai bisa menikmati. Lain kali kan itu masih bisa dilakukan.Sekitar
satu jam aku menggoyang tubuhnya habis-habisan sebelum spermaku muncrat
membasahi perut dan payudaranya. Betapa nikmatnya menyetubuhi perawan.
Sungguh-sungguh beruntung aku ini. “Gimana? Betul enak seperti kata Om
kan?” tanyaku sambil memeluk tubuhnya yang lunglai setelah sama-sama
mencapai klimaks. “Tapi takut Om..”“Nggak usah takut. Takut apa sih?”
“Hamil”
Aku ketawa. “Kan sperma Om nyemprot di luar vaginamu. Nggak mungkin
hamil dong”
Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya. Aku tersenyum puas bisa
meredakan
adik kecilku.“Kalau pengin enak lagi bilang Om ya? Nanti kita belajar
berbagai gaya lewat CD”. “Kalau ketahuan Tante gimana?” “Ya jangan
sampai ketahuan dong” Beberapa saat kemudian birahiku bangkit lagi. Kali
ini Renny kugenjot dalam posisi menungging. Dia sudah tak menjerit
kesakitan lagi. Penisku leluasa keluar masuk diiringi erangan, lenguhan,
dan jeritannya.
No comments:
Post a Comment