Sunday, September 1, 2019

Dengan Tuan Rumah

Dengan Tuan Rumah

Dengan Tuan Rumah


Suatu hari aku mendapat perintah dari boss untuk mendatangi rumah Ibu Yuli, menurutnya antena parabola
Ibu Yuli rusak tidak keluar gambar gara-gara ada hujan besar tadi malam. Dengan mengendarai sepeda motor
Yamaha, segera aku meluncur ke alamat tersebut. Sampai di rumah Ibu Yuli, aku disambut oleh anaknya yang
masih SMP kelas 2, namanya Anita. Karena aku sudah beberapa kali ke rumahnya maka tentu saja Anita segera
menyuruhku masuk. Saat itu suasana di rumah Ibu Yuli sepi sekali, hanya ada Anita yang masih mengenakan
seragam sekolah, kelihatannya dia juga baru pulang dari sekolah.

“Jam berapa sih Ibumu pulang, Nit..?”
“Biasanya sih yah, sore antara jam 5-an,” jawabnya.
“Iya, tadi Oom disuruh ke sini buat betulin parabola. Apa masih nggak keluar gambar..?”
“Betul, Oom.. sampai-sampai Nita nggak bisa nonton Diantara 2 Pilihan, rugi deh..”
“Coba yah Oom betulin dulu parabolanya..” Lalu segera aku naik ke atas genteng dan singkat kata hanya
butuh 20 menit saja untuk membetulkan posisi parabola yang tergeser karena tertiup angin.

Cerita sex – Nah, awal cerita ini berawal ketika aku akan turun dari genteng, kemudian minta tolong pada
Anita untuk memegangi tangganya. Saat itu Anita sudah mengganti baju seragam sekolahnya dengan kaos
longgar ala Bali. Kedua tangan Anita terangkat ke atas memegangi tangga, akibatnya kedua lengan kaosnya
merosot ke bawah, dan ujung krahnya yang kedodoran menganga lebar. Pembaca pasti ingin ikut melihat
karena dari atas pemandangannya sangat transparan. Ketiak Nita yang ditumbuhi bulu-bulu tipis sangat
sensual sekali, lalu dari ujung krahnya terlihat gumpalan payudaranya yang kencang dan putih mulus.

Batang keperkasaanku seketika berdenyut-denyut dan mulai mengeras. Sebuah pemandangan yang bikin
merangsang. Anita tidak memakai BH, mungkin gerah, payudaranya berukuran sedang tapi jelas kelihatan
kencang, namanya juga payudara remaja yang belum terkena polusi. Dengan menahan nafsu, aku pelan-pelan
menuruni tangga sambil sesekali mataku melirik ke bawah. Anita tampak tidak menyadari kalau aku sedang
menikmati keindahan payudaranya.

Tapi yah.. sebaiknya begitu. Gimana jadinya kalau dia tahu lalu tiba-
tiba tangganya dilepas, dijamin minimal pasti patah tulang. Yang pasti setelah selamat sampai ke bumi,
pikiranku jadi kurang konsentrasi pada tugas.
Aku baru menyadari kalau saat ini di rumah hanya ada kami berdua, aku dan seorang gadis remaja yang
cantik sexy. Anita memang cantik, dan tampak sudah dewasa dengan mengenakan baju santai ketimbang seragam
sekolah yang kaku. Seperti biasanya, mataku menaksir wanita habis wajah lalu turun ke betis lalu naik
lagi ke dada. Kelihatannya pantas diberi nilai 99,9. Sengaja kurang 0,1 karena perangkat dalamnya kan
belum ketahuan.

“Oom kok memandang saya begitu sih.. saya jadi malu dong..” katanya setengah manja sambil mengibaskan
majalah ke mataku.
“Wahh.. sorry deh Nit.. habis selama ini Oom baru menyadari kecantikanmu,” sahutku sekenanya, sambil
tanganku menepuk pipinya.
Wajah Anita langsung memerah, barangkali tersinggung, emang dulu-dulunya nggak cakep.
“Idihh.. Oom kok jadi genit deh..” Duilah senyumnya bikin hati gemas, terlebih merasa dapat angin
harapan.

Setelah itu aku mencoba menyalakan TV dan langsung muncul RCTI Oke. Beres deh, tinggal merapikan kabel-
kabel yang berantakan di belakang TV.
“Coba Nit.. bantuin Oom pegangin kabel merah ini..”
Dan karena posisi TV agak rendah maka Anita terpaksa jongkok di depanku sambil memegang kabel RCA warna
merah. Kaos terusan Anita yang pendek tidak cukup untuk menutup seluruh kakinya, akibatnya sudah bisa
diduga. Pahanya yang mulus dan putih bersih berkilauan di depanku, bahkan sempat terlihat warna celana
dalam Anita. Seketika jantungku seperti berhenti berdetak lalu berdetak dengan cepatnya. Dan bertambah
cepat lagi kala tangan Anita diam saja saat kupegang untuk mengambil kabel merah RCA kembali. Punggung
tangannya kubelai, diam saja sambil menundukkan wajah. Aku pun segera memperbaiki posisi. Kala tangannya
kuremas Anita telah mengeluarkan keringat dingin. Lalu pelan-pelan kudongakkan wajahnya serta kubelai
sayang rambutnya.

“Anita, kamu cantik sekali.. Boleh Oom menciummu?” kataku kubuat sesendu mungkin.
Anita hanya diam tapi perlahan matanya terpejam. Bagiku itu adalah jawaban. Perlahan kukecup keningnya
lalu kedua pipinya. Dan setengah ragu aku menempelkan bibirku ke bibirnya yang membisu. Tanpa kuduga dia
membuka sedikit bibirnya. Itu pun juga sebuah jawaban. Selanjutnya terserah anda.



Segera kulumat bibirnya yang empuk dan terasa lembut sekali. Lidahku mulai menggeliat ikut meramaikan
suasana. Tak kuduga pula Anita menyambut dengan hangat kehadiran lidahku, Anita mempertemukan lidahnya
dengan milikku. Kujilati seluruh rongga mulutnya sepuas-puasnya, lidahnya kusedot, Anita pun mengikuti
caraku.
Pelan-pelan tubuh Anita kurebahkan ke lantai. Mata Anita menatapku sayu. Kubalas dengan kecupan lembut di
keningnya lagi. Lalu kembali kulumat bibirnya yang sedikit terbuka. Tanganku yang sejak tadi membelai
rambutnya, rasanya kurang pas, kini saat yang tepat untuk mulai mencari titik-titik rawan.

Kusingkap perlahan ujung kaosnya mirip ular mengincar mangsa. Karena Anita memakai kaos terusan, pahanya yang mulus
mulai terbuka sedikit demi sedikit. Sengaja aku bergaya softly, karena sadar yang kuhadapi adalah gadis
baru berusia sekitar 14 tahun. Harus penuh kasih sayang dan kelembutan, sabar menunggu hingga sang mangsa
mabuk. Dan kelihatannya Anita bisa memahami sikapku, kala aku kesulitan menyingkap kaosnya yang tertindih
pantat, Anita sedikit mengangkat pinggulnya. Wah, sungguh seorang wanita yang penuh pengertian.
“Ahh.. Ahh..” hanya suara erangan yang muncul dari bibirnya kegelian ketika mulutku mulai mencium batang
lehernya.

Sementara tanganku sedikit menyentuh ujung celana dalamnya lalu bergeser sedikit lagi ke tengah. Terasa
sudah lembab celana dalam Anita. Tanganku menemukan gundukan lunak yang erotis dengan belahan tepat
ditengah-tengahnya. Aku tak kuasa menahan gejolak hati lagi, kuremas gemas gundukan itu. Anita memejamkan
matanya rapat-rapat dan menggigit sendiri bibir bawahnya.
Hawa yang panas menambah panas tubuhku yang sudah panas. Segera kulucuti bajuku, juga celana panjangku
hingga tinggal tersisa celana dalam saja.

Tanpa ragu lagi kupelorotkan celana dalam Anita. Duilah.. Baru
kali ini aku melihat bukit kemaluan seindah milik Anita. Luar biasa.. padahal belum ada sehelai bulu pun
yang tumbuh. Bukitnya yang besar putih sekali. Dan ketika kutekuk lutut Anita lalu kubuka kakinya, tampak
bibir kemaluannya masih bersih dan sedikit kecoklatan warnanya. Anita tidak tahu lagi akan keadaan
dirinya, belaianku berhasil memabukkannya. Ia hanya bisa medesah-desah kegelian sambil meremasi kaosnya
yang sudah tersingkap setinggi perut. Begitulah wanita. Gam-gam-sus (gampang gampang susah) apa sus-sus-
gam (susah susah gampang).

Tidak sabar lagi aku membiarkan sebuah keindahan terbuka sia-sia begitu saja. Aku segera mengarahkan
wajahku di sela-sela paha Anita dan menenggelamkannya di pangkal pertemuan kedua kakinya. Mulutku kubuka
lebar-lebar untuk bisa melahap seluruh bukit kemaluan Anita. Bau semerbak tidak kuhiraukan, kuanggap
semua kemaluan wanita yah begini baunya. Lidahku menjuluri seluruh permukaan bibir kemaluannya. Setiap
lendir kujilati lalu kutelan habis dan kujilati terus. Kujilati sepuas-puasnya seisi selangkangan Anita
sampai bersih. Lidahku bergerak lincah dan keras di tengah-tengah bibir kemaluannya.

Dan ketika lidahku mengayun dari bawah ke atas hingga tepat jatuh di klitorisnya, Kujepit klitorisnya
dengan gemas dan lidahku menjilatinya tanpa kompromi. Anita tak sanggup lagi untuk berdiam diri. Badannya
memberontak ke atas-bawah dan bergeser-geser ke kiri-kanan. Segala ujung syarafnya telah terkontaminasi
oleh kenikmatan yang amat sangat dashyat.

Sebuah kenikmatan yang bersumber dari lidahku mengorek
klitorisnya tapi menyebar ke seantero tubuhnya. Anita sudah tidak mengenal lagi siapa dirinya, boro-boro
mikir, untuk bernafas saja tidak bisa dikontrol. Aku jadi semakin ganas dan melupakan softly itu siapa.
Batang kejantananku sudah amat sangat besar bergemuruh seluruh isinya. Demi melihat Anita tersenggal-
senggal, segera kutanggalkan modal terakhirku, celana dalam. Tanpa ba. bi. bu. be. bo segera kuarahkan
ujung kemaluanku ke pangkal selangkangan Anita.

Sekilas aku melihat Anita mendelik kuatir melihat
perubahan perangaiku. Batang kemaluanku memang kelewatan besarnya belum lagi panjangnya yang hampir
menyentuh pusar bila berdiri tegak. Anita kelihatannya ngeri dan mulai sadar ingatannya, kakinya agak
tegang dan berusaha merapatkan kedua kakinya.
“Ampun Oom.. jangan Ooomm.. ampun Oomm.jangann..” Tangan Anita mencoba menghalau kedatangan senjataku
yang siap mengarah ke pangkal pahanya.
Merasa mendapat perlawanan, sejenak aku jadi agak bingung, tapi untunglah aku memiliki pengalaman yang
cukup untuk menghadapinya. Segera aku meminta maaf sambil tanganku kembali membelai rambutnya yang
terurai agak acak-acakan.

“Nita takut Oom. Nanti kalau Mama tahu pasti Nita dimarahin. Dan lagi Nita nggak pernah kayak ginian.
Nita juga jadi malu..” Katanya setengah mau menangis dan membetulkan kaosnya untuk menutupi tubuhnya.
“Jangan kuatir Nit. Oom tidak bermaksud jahat terhadap kamu. Oom sayang sekali sama Nita. Dan lagi Nita
jangan takut sama Oom. Semua orang cepat atau lambat pasti akan merasakan kenikmatan hubungan ‘beginian’.
Jangan takut ‘beginian’ karena ‘beginian’ itu enak sekali.”
“Iya, tapi Nita nggak tahu harus bagaimana dan kenapa tahu-tahu Nita jadi begini..?” Air mata Anita mulai
mengalir dari pojok matanya. Melihat itu aku segera memeluknya agar bisa menenangkannya.

Agak lama aku memberi ceramah dan teori edan secara panjang lebar, sampai akhirnya Anita bisa memahami
seluruhnya. Dan sesekali senyumnya mulai muncul lagi.
“Coba sekarang Nita belajar pegang ‘anunya’ Oom, bagus khan,” aku meraih tangannya lalu membimbingnya ke
batang kejantananku.
Tangannya kaku sekali tapi setelah perlahan-lahan kuelus-eluskan pada batang kejantananku, otot tangannya
mulai mengendor. Lalu tangannya mulai menggenggam batang kejantananku. Pelan-pelan tangannya kutuntun
maju-mundur. Kelembutan tangannya membuat batang kejantananku mulai bergerak membesar, sampai akhirnya
tangan Anita tidak cukup lagi menggenggamnya. Dan Anita kelihatan menikmatinya, tanpa kuajari lagi
tangannya bergerak sendiri. PREDIKSI TOGEL JITU  SEMUA PASARAN

“Ahh.. enak sekali Nit.. aahh.. kamu memang anak yang pintar.. ahh..” mulutku tak sanggup menahan
kenikmatan yang mulai menjalari seluruh syarafku.
Sementara itu tangan kiriku mulai meremas payudaranya yang masih tertutup kaos Bali yang tipis. Belum
pernah aku meremas payudara sekeras milik Anita. Tangan kananku yang satu meraih kepalanya lalu dengan
cepat kulumat bibirnya. Lidahku menjulur keluar menelusuri setiap sela rongga mulutnya. Hingga akhirnya
lidah Anita pun mengikuti yang kulakukan. Dari matanya yang terpejam aku bisa merasakan kenikmatan tengah
membakar tubuhnya.

Segera aku meminta Anita untuk melepas kaosnya agar lebih leluasa. Dan tanpa ragu-ragu Anita segera
berdiri lalu menarik kaosnya ke atas hingga melampaui kepalanya. Batang kejantananku semakin berdenyut-
denyut menyaksikan tubuh mungil Anita tanpa mengenakan selembar benang. Tubuhnya yang sintal dan putih
bersih membakar semangatku. Betul-betul sempurna. Kedua payudaranya menggelembung indah dengan puting
yang mengarah ke atas mengingatkanku pada payudara Holly Hart (itu lho salah satu koleksi Playboy).
“Nit, tubuhmu luar biasa sekali.. Hebat!” Pujianku membuat wajahnya memerah barangkali menahan malu.
“Oomm, boleh nggak Anita mencium ‘itu’nya Oom?” Anita tersipu-sipu menunjuk ke selangkanganku. Rasanya
tidak etis kalau aku menolaknya. Lalu sambil duduk di sofa aku menelentangkan kedua kakiku.

“Tentu saja boleh kalau Anita menyukainya..” Kubikin semanis mungkin senyumku. Anita pun mengambil posisi
dengan berjongkok lalu kepalanya mendekati selangkanganku.
Mulanya hanya mencium dan mengecup seputar kepala batang kejantananku. Pelan-pelan lidahnya mulai ikut
berperan aktif menjilat-jilatinya. Anita kelihatan keenakan mendapat mainan baru. Dengan rakus lidahnya
menyusuri sekeliling batang kejantananku. Sensasi yang luar biasa membuatku gemas meremasi kedua
payudaranya.

“Aaduuhh.. enak sekali Nit.. Teruss.. Nitt, coba ke sebelah sini,” kataku sambil menunjuk ke buah
pelirku. Anita segera paham lalu mejulurkan lidahnya ke pelirku. Anita menggerakkan lidahnya ke kanan-
kiri atas-bawah.

“Oomm, ke kamar Nita aja yuk biar nggak gerah..” Sahutnya mengajak ke kamarnya yang ber-AC.
“Terserah Nita aja dehh..” balasku.
Begitu Anita merebahkan tubuhnya ke spring bed, aku tidak mau menunggu terlalu lama untuk merasakan tubuh
indahnya. Segera kutindih dan kucumbui. Sekujur tubuhnya tak ada yang kusia-siakan. Terutama di
payudaranya yang aduhai.

Tanganku seakan tak pernah lepas dari liang kewanitaannya. Setiap tanganku
menggosok klitorisnya, tubuh Anita menggerinjal entah mengapa. Sementara itu batang kejantananku seperti
akan meledak menahan tekanan yang demikian besarnya.
Akhirnya kutuntun batang kejantananku ke arah liang kewanitaan Anita. Liang kewanitaan Anita yang telah
kebanjiran sangat berguna sekali, bibir kemaluannya yang kencang memudahkan batang kejantananku
menyelinap ke dalam. Sedikit-sedikit kudorong maju. Dan setiap dorongan membuat Anita meremas kain sprei.
Kalau Anita merasa seperti kesakitan aku mundur sedikit, lalu maju lagi, mundur sedikit, maju lagi,
mundur, maju, mundur, maju, “bless..” Tak kusangka liang kewanitaan Anita mampu menerima batang
kejantananku yang keterlaluan besarnya. Begitu amblas seluruh batang kejantananku, Anita menjerit
kesakitan.


Aku kurang menghiraukan jeritannya. Kenikmatan yang tak ada duanya telah merasuki tubuhku. Tapi aku tetap
menjaga irama permainanku maju-mundur dengan perlahan. Menikmati setiap gesekan demi gesekan. Liang
senggama Anita sempit sekali hingga setiap berdenyut membuatku melayang. Denyutan demi denyutan membuatku
semakin tak mampu lagi menahan luapan gelora persetubuhan. Terasa beberapa kali Anita mengejankan liang
kewanitaannya yang bagiku malah memabukkan karena liang kewanitaannya jadi semakin keras menjepit batang
kejantananku.

Erangan, rintihan, dan jeritan Anita terus menggema memenuhi ruangan. Rupanya Anita pun menikmati setiap
gerakan batang kejantananku. Rintihannya mengeras setiap batang kejantananku melaju cepat ke dasar liang
senggamanya. Dan mengerang lirih ketika kutarik batang kejantananku. Hingga akhirnya aku sudah tidak bisa
bertahan lebih lama lagi.

Ketika batang kejantananku melaju dengan kecepatan tinggi, meledaklah muatan di dalamnya. batang
kejantananku menghujam keras, dan kandas di dasar jurang. Anita pun melengking panjang sambil mendekap
kencang tubuhku, lalu tubuhnya bergetar hebat. Sebuah kenikmatan tanpa cela, sempurna.

Keesokkan harinya aku mendapat telepon dari Ibu Yuli. Perasaanku mendadak tegang dan kacau, kuatir beliau
mengetahui skandalku dengan anaknya. Mulanya aku tidak berani menerimanya, tapi daripada Ibu Yuli nanti
ngomongin semua perbuatanku pada teman sekerjaku, terpaksa kuterima teleponnya dengan nada gemetar.
“Halloo.. apa kabar Bu Yuli.”

“Oh baik, terima kasih lho, parabola Ibu sekarang sudah bagus, dan sekalian Ibu mau nanyakan ongkos
servisnya berapa.. ”
“Ah. nggak usah deh, Bu.. Cuman rusak sedikit kok, hanya karena kena angin jadi arahnya berubah.”
“Jangan begitu, nanti Ibu nggak mau nyervis ke tempatmu lagi lho.”
“Wah.. tapi saya cuman sebentar saja kerjanya.”
“Iya, bagaimanapun khan kamu sudah keluar keringat, jadi ibu mesti bayar. Nanti siang yach, kamu ke rumah
ibu. Ibu tunggu lho.”
“Iya dech kalau Ibu maunya begitu, tapi sebelumnya terima kasih, Bu.”

Begitulah akhirnya aku nongol lagi di rumah Ibu Yuli. Lagi-lagi Nita yang menerimaku.
“Wah, terlambat Oom. Ibu dari tadi nungguin Oom datang. Barusan saja Ibu pergi arisan ke kantornya. Tapi
masuk saja Oom, soalnya ada titipan dari ibu.”
Sampai di dalam, kelihatannya Nita tengah belajar bersama dengan teman-temannya. Ada 3 orang cewek
sebayanya lagi asyik membahas soal Fisika. Dan kedatanganku sedikit memecah konsentrasi mereka. Kuamati
sekilas teman Nita kok cakep-cakep yach. Aku membalas sapaan mereka yang ramah.

“Kenalin ini Oom gue yang baru datang dari Jawa Tengah.”
Kaget juga aku dikerjain Nita. Satu persatu kusalami mereka, Lusi, Ita, dan Indra. Senyum mereka ceria
sekali. Di usia mereka memang belum mengenal kepahitan hidup. Semuanya serba mudah, mau ini tinggal
bilang ke mama, mau itu tinggal bilang ke papa. Dasar anak keju. Ketiganya memang jelas kelihatan anak
orang kaya. Penampilan, gaya, dan kulit mulus mereka yang membedakan dari orang miskin.

Lusi punya lesung pipit seperti aktris Italy. Ita wajahnya mengingatkanku pada seorang aktris sinetron
yang lemah lembut, tapi yang ini agak genit. Indra yang berbadan paling besar mirip seorang aktris
Mandarin. Persis aktris-aktris lagi makan rujak bareng. Habis aku paling bingung kalau mendeskripsikan
wanita cantik, rasanya nggak cukup selembar folio.
Aku menurut saja ketika tanganku di seret ke dalam oleh Nita sambil berpamitan pada temannya mau
mengantar Oomnya ke kamar. Dan setelah mengunci pintu kamar, kekagetanku tambah satu lagi. Tubuhku
langsung direbahkan ke kasur, lalu menindihku sambil mulutnya menciumiku.

“Oom, Nita mau lagi.” rengeknya manja. Ya, ampun sungguh mati aku nggak bisa menolaknya.
Aku pun segera membalas ciumannya. Nafsu birahiku menanjak tajam. Anita yang masih mengenakan seragam
SMP-nya terguling ke samping hingga giliranku yang di atas. Kancing bajunya satu demi satu kulepas. Buah
dadanya yang terbungkus BH kuremas dengan gemas. Dari leher hingga perutnya kutelusuri agak brutal. Dan
Nita yang meronta-ronta tak kuberi ampun sedikitpun. Kakinya mengangkang lebar kala tanganku mulai
merambat ke atas pahanya dan berhenti tepat di tengah selangkangan. Gundukan kemaluan yang empuk membuat
tanganku gemetar kala meremasnya. Dan jari tengahku mencongkel sebuah liang yang menganga di tengahnya.
Celana dalam Nita mulai lembab kelihatannya tak tahan menghadapi serangan yang bertubi-tubi.

Akupun sangat merindukan Nita, hingga rasanya tak sabar lagi untuk segera menancapkan batang kemaluanku.
Segera kupeloroti celana dalamnya setelah roknya kusingkap ke atas. Kerinduan akan baunya yang khas
membuat kepalaku tertarik ke arah kemaluan Nita, lalu kubenamkan di sela pahanya. Mulutku memperoleh
kenikmatan yang tiada tara kala mengunyah dan memainkan bibirku pada bibir kemaluannya. Nita pun semakin
menggila gerakannya apalagi bila lidahku mengorek-ngorek isi kemaluannya. Nikmat sekali rasanya.
Klitorisnya yang menyembul kecil jadi sasaran bila Nita menghentak badannya ke atas.

Sepertinya Nita sudah ‘out of control’ karena tangannya dengan kacau meremas segala yang dapat diraih.
Demikian juga halnya denganku, entah berapa cc cairan memabukkan yang telah kureguk.
Batang kemaluanku yang sudah ‘maximal’ kuarahkan ke liang senggama Nita. Sekilas kulihat Nita menggigit
bibirnya sendiri menanti kedatangan punyaku. Akupun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang sangat
langka ini. Benar-benar kunikmati tiap tahapan batangku melesak ke dalam liang kemaluannya. Sedikit demi
sedikit batang kemaluanku kutekan ke bawah. Indah sekali menyaksikan perubahan wajah Nita kala makin
dalam kemaluanku menelusuri liang kemaluannya. Akhirnya, “Bless..”

Habis sudah seluruh batang kemaluanku terbenam ke liang kenikmatannya. Selanjutnya dengan lancar kutarik PREDIKSI TOGEL JITU  SEMUA PASARAN
dan kubenamkan lagi. Makin lama makin asyik saja. Memang luar biasa kemaluan Nita, begitu lembut dan
mencengkeram. Ingin rasanya berlama-lama dalam liang kemaluannya. Semakin lama semakin dahsyat aku
menghujamkan batangku sampai Nita menjerit tak kuasa menahan kenikmatan yang menjajahnya. Hingga akhirnya
Nita berkelojotan sambil meremas ganas rambutku. Wajahnya tersapu warna merah seakan segenap pembuluh
darahnya menegang kencang, hingga mulutnya meneriakkan jeritan yang panjang.
Kiranya Nita tengah mengalami puncak orgasme yang merasuki segenap ujung syarafnya.

Menyaksikan pemandangan seperti ini membuatku makin cepat mengayunkan batang kemaluanku. Dan rasanya aku
tak bisa menahan lebih lama lagi, lebih lama lagi.., lebih lama lagi. Secepatnya kucabut batang
kemaluanku dan segera kuarahkan ke mulut Nita. Nita agak gugup menerima batang kemaluanku. Tapi nalurinya
bekerja dengan baik, mulutnya segera menganga dan langsung mengulum batang kemaluanku. Dan kala aku
meledakkan lahar, lidahnya menjilati sekujur batang kemaluanku. Tubuhku rasanya langsung luruh, tenagaku
terkuras habis-habisan. Beberapa kali batang kemaluanku mengejut dan mengeluarkan lahar. Oh, my God..
Keasyikanku berdua dengan Nita membuat kami tidak merasakan jam yang terus berjalan.

Tidak terasa hampir
3 jam kami meninggalkan teman-teman Nita di luar. Sekilas terdengar suara kasak-kusuk, seperti ada orang
lagi mengintip perbuatan kami. Tapi saking asyiknya menikmati tubuh Nita, aku jadi tak mempedulikannya.
Kulirik Nita masih tergolek tanpa penutup apa-apa dengan tubuh terlentang kelelahan. Wajahnya yang
terlihat polos sangat indah dengan paduan tubuh kecil yang mulus. Kakinya masih membuka lebar, seperti
sengaja memamerkan keindahan lekukan di selangkangannya. Gundukan kemaluannya memang belum berbulu
sehingga jelas kelihatan bibir kemaluannya yang merah muda.
“Nit, teman-temanmu kelihatannya lagi pada ngintip lho.” kataku berbisik di telinganya.
“Hehh..?” jawabnya sambil segera menutupi tubuhnya dengan selimut.

“Teman-temanmu..” sekali lagi aku meyakinkannya sambil menunjuk ke pintu.
“Wwaduhh, gimana nich.. Oom.”
“Tenang aja, cepat pakai baju lagi dan seakan-akan nggak ada apa-apa, okey?”
“Tapi Nita jadi malu sama mereka dong,” katanya manja dan wajahnya berubah merah sekali.
“Sudah dech jangan dipikirin, anggap aja kita nggak tahu kalau mereka pada ngintip.”

Akhirnya kami keluar kamar juga, dan teman-teman Nita kelihatan sekali pura-pura sibuk mengerjakan soal-
soal. Terlebih wajah mereka bertiga tersapu rona merah, dan tampak menahan senyum. Wah agak grogi juga
aku untuk menyapa mereka. Sekali lagi aku tertolong oleh usiaku yang jauh di atas mereka. Kata orang
langkah awal memang sulit untuk dilakukan.
“Hallo, belum selesai nich soal-soalnya?” kata awal yang akhirnya meluncur juga.
“Iya Oomm..” seperti koor mereka menjawab serentak. Dan makin memperlihatkan kegugupan mereka.
Boleh juga nich. Dan ide-ide cemerlang pun segera bermunculan, barangkali tidak terpikirkan oleh seorang
Einstein.

“Sebaiknya istirahat dulu biar fresh pikiran kita, jadi nanti kita akan dengan mudah mengerjakan soal-
soal rumit kayak gitu,” Saranku menirukan seorang psikiater.
Sebab menurut hematku mereka pasti juga turut terangsang mengintip perbuatan kami. Dengan kata lain
mereka menyetujui perbuatan itu, kalau nggak setuju yach jelas nggak mau ngintip. Jadi kesimpulannya
kalau mereka mau mengintip berarti juga mau untuk berbuat seperti itu.

“Begini, Oom tahu kalau kalian tadi ngintip Oom di kamar. Tapi kalian tidak perlu kuatir sama Oom. Oom
nggak marah kok. Malah senang bisa memberi kalian pelajaran baru. Tapi Oom juga kepingin lihat kalian
telanjang juga dong, biar adil namanya. Iya, nggak.?”
Seketika wajah mereka bertambah merah padam, antara malu dan takut.

“Maaf Oom, tadi kami tidak sengaja mengintip.” kata Indra ketakutan sambil merapatkan pahanya.
“Baiklah kalau begitu Oom tidak mau memaksa kalian, Oom juga sayang sama kalian. Kalian semua cantik-
cantik. Sekarang daripada kalian ngintip, Oom nggak keberatan untuk nunjukin burung oom. Lihat yach dan
kalian semua harus memegangnya. Yang nggak mau megang nanti Oom telanjangin!” Suaraku bertambah nada PREDIKSI TOGEL JITU  SEMUA PASARAN
ancaman.

Dan aku pun segera membuka reitsleting celana sekaligus memelorotkannya berikut celana dalam, hingga
burungku yang ngaceng melihat kepolosan mereka langsung nyelonong keluar. Serempak Indra, Lusi, dan Ita
menutup wajah mereka. Aku acuh saja mendekati mereka satu persatu dan menarik tangannya untuk memegang
burungku. Mulanya tangan mereka kaku sekali tapi jadi mengendur kala menempel burungku.
Nita yang sedari tadi hanya menonton langsung memprotes kelakuanku.

“Sudahlah Oom jangan begitu, lebih baik kita semua telanjang bersama saja, itu memang yang paling adil.
Lagian kita juga sudah biasa mandi bersama kok, iya khan teman-teman.”
Indra, Lusi, dan Ita diam saja tampak malu-malu mempertimbangkan tawaran Nita.

“Baiklah karena diam berarti kalian setuju. Ayo dong Lus, biasanya kamu yang paling suka membukakan
bajuku.” Kata Nita sambil menghampiri lalu merangkul Lusi.
“Iya dech saya setuju, tapi asal yang lain juga setuju lho.” Lusi mengumpan lampu kuning.
“Oke, Saya juga setuju agar konsekuen dengan perbuatan kita.” Ita menimpalinya.
“Demi kalian aku juga boleh-boleh saja.” Akhirnya Indra juga memberi keputusan yang melegakan hatiku.
“Nach begitu baru kompak namanya. Yuk kita bareng-bareng ke kamar aja..” Sahut Nita.

Jantungku bergerak kencang sekali, membuat langkahku limbung. Di depanku berjalan 4 cewek imut-imut alias
ABG, Nita dan ketiga temannya, Indra, Lusi, dan Ita, menuju kamar Nita. Mulanya bingung harus bagaimana,
tapi situasi yang memaksaku berbuat spontan saja. Mereka semua kusuruh duduk berjejer di tepi ranjang.
“Begini, kalian semua nggak perlu takut sama Oom. Oom nggak mungkin menyakiti kalian, kita sekarang akan
bermain dalam dunia yang baru, yang belum pernah kalian rasakan. Kalian tak perlu malu, kalian tinggal
menuruti apa saja yang Oom perintahkan. Sekali lagi rileks saja, anggaplah kita sedang menjalani
pengalaman yang luar biasa.”

Banyak sekali sambutan pembukaan yang keluar begitu saja dari mulutku, untuk meyakinkan mereka dan agar
nanti tidak kacau. Akhirnya mereka menganggukkan kepala satu persatu sebagai tanda setuju. Di wajah
mereka mulai muncul senyum-senyum kecil, tetapi jelas tak bisa menyembunyikan rasa malunya. Wajah mereka
memerah kala aku mengucapkan kata-kata yang berbau gituan.
Singkat kata kusuruh mereka semua berdiri berhadapan, berpasangan. Nita memilih Indra sebagai
pasangannya, sedang Lusi dengan Ita.

Padahal batang kejantananku sudah gemetaran ingin segera melabrak
mereka, tetapi nalarku yang melarangnya.
“Sekarang kalian coba saling membukakan baju pasangan kalian sampai tinggal BH dan celana dalam saja.
Biar nanti sisanya Oom yang bukain.”

Mulanya mereka ragu bergerak, untunglah ada Nita yang berpengalaman dan Ita yang agresif sekaligus paling
cantik dan menggiurkan. Ita memang lebih menonjol dari semuanya, badannya yang bagus tergambar dalam baju
tipisnya, hingga BH-nya menerawang membentuk gundukan yang sempurna. Nita dan Ita tampak tertawa kecil
membuka kancing baju temannya yang tak bisa mengelak lagi. Dan tentu saja Indra membalas perbuatan Nita,
demikian pula Lusi.

Wah, tak kusangka jadi meriah sekali persis seperti lomba makan krupuk. Hatiku
bersorak girang melihat mereka saling berebut melepas baju pasangannya. Sementara itu otakku terus
berputar mencari solusi terbaik untuk step berikutnya, selalu saja setiap cara ada kemungkinan terjadi
penolakan. Sebaiknya harus selembut mungkin tindakanku.

Pasangan Nita dan Indra kelihatan kompak, hingga tak banyak waktu mereka berdua telah telanjang, hanya BH
dan celana dalam saja yang menempel di badannya. Untuk Nita tak perlu kuceritakan lagi, lagian para
pembaca juga sudah pernah ikut menikmati keindahan tubuhnya pada episode yang lalu. Sedang Indra yang
berbadan putih mulus masih malu-malu saja, sambil menutupi selangkangannya dengan tangan kanan ikut
menonton Ita dan Lusi yang belum selesai. Sementara itu, Ita dan Lusi sampai bergulingan di lantai.

Kelihatannya Lusi menolak dibuka rok bawahnya, tapi Ita tetap ngotot menelanjanginya. Nita dan Indra
turut tertawa menonton pergulatan seru itu. Dan karena gemas melihat Ita kewalahan atas pemberontakan
Lusi, Nita dan Indra segera bergerak membantu Ita dengan memegangi kaki Lusi yang tengah menendang-
nendang. Secepat kilat Ita memelorotkan rok bawah Lusi sampai terlepas.
“Heehh.. kalian curangg.. Nggak mau, Lusi nggak mau sama kalian lagi..” Lusi berteriak dengan sengit dan
seperti mau menangis.

“Tenang Lusi, kita kan lagi bersenang-senang sekarang, dan lagi kenapa kamu mesti seperti itu. Bukankah
kamu sendiri tadi sudah ikut setuju. Dari tadi kan Oom nggak memaksa kamu. Yang penting kita tidak akan
menceritakan kejadian ini pada siapa pun. Hanya kita-kita saja yang tahu. Kalau kamu malu itu salah.
Percaya deh sama Oom.”
Untunglah saranku kelihatannya dapat diterima, apalagi melihat Ita segera membuka bajunya sendiri yang
kusut sekali.




Satu persatu kancing bajunya dibuka, dan sekali merosot sekujur keindahan tubuhnya terpampang. Tak
kusangka Ita terus melepas BH-nya, kemudian membungkuk dan melepas celana dalamnya. Seketika jantungku
berhenti berdetak, seluruh susunan syarafku mengeras, sampai dada ini seperti mau meledak. Sebuah
pemandangan yang menakjubkan terpampang begitu saja di depanku.
“Luar biasa.. Hebat.. Nah dengan begini berarti Lusi nggak boleh ngambek lagi lho. Lihat Ita telah
membayar kontan. Yuk kalian semua sekarang duduk lagi di ranjang sini.” Segera mereka sekali lagi
menuruti perintahku.

Aneh memang, selama ini aku nggak pernah kenal sama ilmu-ilmu gaib seperti di Mak Lampir, tetapi
kenyataannya kok bisa mereka begitu saja patuh padaku.
“Nah sekarang kalian semua berbaring,” Mereka patuh lagi. Dengan kaki terjuntai di lantai mereka semua
membaringkan tubuhnya.

“Sekarang kalian diam saja, Oom akan memberi sesuatu pengalaman baru seperti yang kalian tonton waktu Oom
sama Nita. Kalian tinggal menikmati saja sambil menutup mata kalian biar lebih konsentrasi.” Sengaja aku
menjatuhkan pilihan pertama pada Lusi.

Perlahan-lahan kubuka celana dalamnya, kakinya agak menegang. Sedikit demi sedikit terus kutarik ke
bawah. Segundukan daging mulai terlihat. Detak jantungku kembali berdegup cepat. Dan lepaslah celana
dalamnya tanpa perlawanan lagi. Gundukan bukit kecil yang bersih, dengan bulu-bulu tipis yang mulai
tumbuh di sekelilingnya, tampak berkilatan di depanku. Sedikit kurentang kedua kakinya hingga terlihat
sebuah celah kecil di balik bukit itu. Lalu dengan kedua jempol kubuka sedikit celah itu hingga terlihat
semua isinya. Aku sampai menelan air liurku sendiri demi melihat liang kewanitaan Lusi.

Kudekatkan kepalaku agar pemandangannya lebih jelas. Dan memang indah sekali. Aku tak bisa menahan lagi,
segera kudekatkan mulutku dan kulumat dengan bibir dan lidahku. Rakus sekali lidahku menjilati setiap
bagian liang kewanitaan Lusi, rasanya tak ingin aku menyia-nyiakan kesempatan.

Dan tiap lidahku menekan
keras ke bagian yang menonjol di pangkal liang kewanitaannya, Lusi mendesis kegelian. Kombinasi lidah dan
bibir kubuat harmonis sekali. Beberapa kali Lusi mengejangkan kakinya. Aku tak peduli akan semerbak bau
yang khas memenuhi seputar mulutku. Malah membuat lidahku bergerak makin gila. Kutekankan lidahku ke
lubang liang kewanitaan Lusi yang sedikit terbuka. Rasanya ingin masuk lebih dalam lagi tapi tak bisa,
mungkin karena kurang keras lidahku. Hal ini membuat Lusi beberapa kali mengerang keenakan.

“Aduhh.. Oomm.. enakk sekali.. teruss Oomm.. ohh..” Mulut Lusi mendesis-desis keenakan. Dan setiap
lidahku menerjang liang kewanitaannya, Lusi menghentakkan pinggulnya ke atas, seakan ingin menenggelamkan
lidahku ke dalam liang kewanitaannya. Banyak sekali cairan kental mengalir dari liang kewanitaannya, dan
seperti kelaparan aku menelan habis-habisan. Persis seperti orang sedang berciuman, cuma bedanya bibirku
kali ini mengunyah bibir liang kewanitaan Lusi hingga mulutku berlepotan lendir.

Ita yang berbaring di sebelah Lusi tampak gelisah, beberapa kali kulihat dia merapat-rapatkan pahanya
sendiri. Rupanya dia ikut hanyut melihat permainanku. Diantara mereka berempat, dia memang yang
tercantik. Karena itulah mungkin yang membuatnya sedikit genit, lebih matang, dan lebih ‘berbulu’. Hebat
nian, anak SMP liang kewanitaannya sudah selebat itu. Sambil mulutku bermain di liang kewanitaan Lusi,
sedari tadi mataku terus memperhatikan liang kewanitaan Ita. Beberapa kali tanganku ingin meremasnya tapi
kuatir kelakuanku bisa mengecewakan Lusi.

Habis kalau dia ngambek bisa berantakan. Sebagai kompensasinya
tanganku meremasi kedua payudara Lusi yang kecil dan nyaris rata dengan dada. Putingnya yang lembut
kugosok-gosok dan kupencet.
“Lus, udah dulu yahh, nanti lain kali Oom lanjutin lagi, yahh.” kataku sambil megecup bibirnya. Yang
diajak ngomong tidak menjawab, cuma wajahnya jadi merah seperti kepiting rebus. Sekali lagi kukecup di
keningnya.

Segera aku bergeser ke sebelah dan langsung menindih tubuh Ita. Ita yang cantik. Ita yang seksi. Walau
tengah terlentang, payudaranya tetap tegak ke atas dan diperindah dengan puting yang besar. Kudekatkan
bibirku ke bibirnya, langsung menghindar. Barangkali tak tahan mencium aroma liang kewanitaan Lusi.

Wajarlah, memang mulutku seperti habis makan jengkol. Segera kuturunkan mulutku ke lehernya, kucumbui
semesra mungkin. Ita kegelian. Lalu turun lagi. Sambil kuremasi, payudaranya segera masuk ke mulutku.
Kuhisap dan kujilati putingnya. Karuan saja Ita meronta-ronta.
Entah kegelian apa keenakan, aku tak peduli. Bergantian kedua payudaranya kujilati semua permukaannya.
Nafsuku rasanya sudah di ujung ubun-ubun.

Batang kejantananku telah mendongak perkasa sekali, beberapa
kali berdenyut minta perhatian. Kalau saja memungkinkan ingin rasanya segera kumasukkan ke liang
kewanitaan Ita. Sekali lagi nalarku terkontrol, karena memang aku sudah berjanji pada mereka. Tidak ada
liang kewanitaan yang kumasuki batang kejantanan. Lagian memang aku benar-benar ingin semuanya berjalan
mulus sesuai rencana. Coba kalau tiba-tiba ada yang menangis karena menyesal memberikan perawan mereka
begitu saja padaku. Nggaklah. PREDIKSI TOGEL JITU  SEMUA PASARAN

Kaki Ita kurenggangkan sedikit. Bukit Berbunganya indah sekali. Yang namanya labia mayora sebetulnya
nggak karuan bentuknya tapi selalu memancarkan keajaiban magnetis bagi setiap pria yang memandangnya
(tentu yang normal atau paling tidak seperti aku). Barangkali kalau aku yang bikin daftar keajaiban
dunia, Labia Mayora menempati urutan teratas. Siapa setuju kirim email, nanti kubawa berkas dukungannya
ke Majelis liang kewanitaan Nasional.

Singkat kata segera mulutku kembali beroperasi di wilayah ajaib itu. Pelan-pelan kutarik dengan bibirku
kedua labia mayora kepunyaan Ita secara bergantian.
Kemudian, lidahku mencongkel keras ke pangkal pertemuan pasangan labia itu, dan berputar-putar di
tonjolan daging kecilnya yang konon paling rawan sentuhan. Memang luar biasa efek sampingnya, seketika
sekujur tubuh Ita bergoncang. Makin keras goncangannya, makin gila pula lidahku berayun-ayun.

Aroma yang khas muncul lagi seiring mengalirnya lendir encer. ceritasexdewasa.org Harta terpendam inilah yang kucari. Lidahku terus menyongsong ke dalam liang kewanitaan Ita.
Ita yang meronta-ronta menahan gejolak penjarahan liang kewanitaannya, berinisiatif mengambil bantal dan
meletakkan di bawah pantatnya. Aku sampai heran perawan kecil ini kok sudah punya insting yang baik.
Sambil kedua kakinya nangkring di pundakku, Ita membiarkan aku dengan leluasa menjelajahi seisi liang
kewanitaannya. Kali ini lidahku berhasil masuk semua ke dalam liang kewanitaan, enak sekali.

Aku sudah tidak tahan lagi, segera tangan kananku mengocok batang kejantananku sambil segera berpindah ke
sebelah lagi. Kali ini giliran Indra yang kelihatannya berdebar-debar menunggu giliran. Itu terlihat dari
gerakan matanya yang gelisah. Tanpa basa-basi lagi kuraih sebuah bantal dan kuletakkan di bawah
pantatnya, dan kurentangkan kedua kakinya menjepit badanku yang berlutut di lantai. Liang kewanitaannya
merekah persis di depan hidungku.

Sambil terus mengocok batang kejantanan, segera lidahku menerobos ke
lubang senggamanya. Indra sempat berontak. Duilah aku sampai kesurupan, lupa sama teman bermain yang
masih yunior. Oke, sofly and gently again maunya.
Sambil menahan nafas yang sebetulnya sudah ngos-ngosan (nggak sempat minum extra joss) kucumbui liang
kewanitaan Indra. Liang kewanitaan yang satu ini agak gemuk dan berbulu walau tak selebat milik Ita.

Walau tak seindah milik Ita, tapi tetap punya daya tarik tersendiri. Belum lagi aromanya yang semerbak
harumnya. Tetap pelan-pelan, kutelusuri tiap lekukan yang ada di liang kewanitaannya. Sedap juga lho
bermain slowly seperti ini. Klitorisnya yang agak besar bergoyang mengikuti gerakan lidahku. Entah kata-
kata apa saja yang keluar dari mulut Indra. Kurang jelas memang. Tapi kuyakini itu suara erangan dan
rintihan wanita yang tengah enjoy dan penuh semangat. Membakar semangatku pula dalam memacu tanganku pada
batang kejantanan sendiri. Kedengarannya tragis sekali. Bak peribahasa orang kelaparan dalam lumbung PREDIKSI TOGEL JITU  SEMUA PASARAN
padi.

Pantat Indra yang padat dan besar membuat lubang anusnya ikut terbuka waktu diganjal bantal. Tanpa rasa
jijik sedikitpun kujilat-jilat anusnya. Indra makin mengaduh keenakan apalagi kala lidahku mencoba
menerobos masuk ke anusnya. Indra pun menunjukkan kerja sama yang baik dengan mengangkat pinggulnya. Aku
pun turut meningkatkan speed game-nya. Agak capai juga berlutut terus, aku naik ke atas dan menindih
tubuh Indra. Kuciumi sekujur payudaranya yang tak kalah kencang dengan punya Ita. Dan walau kalah besar,
keindahannya susah untuk dinilai. Sambil menciumi payudaranya, tanganku makin cepat mengocok batang
kejantanan sendiri.

Akhirnya aku tak dapat menahan lebih lama lagi, sekujur tubuhku tiba-tiba menegang. Seiring dengan
semburan keras yang berapi-api di batang kejantananku, segera aku melumat habis mulut Indra yang mungil.
Lidah Indra memberi sambutan hangat dengan mengais-ngais lidahku.

Selepasnya kami bercengkarama, mereka semua kecuali Anita akhirnya minta pamit setelah sebelumnya mereka
memakai pakaiannya kembali. Setelah mereka pergi, saya melakukan percintaan dengan Anita kembali hingga 1
jam sebelum jam 6 karena Ibu Yuli akan pulang ke rumah pada jam 6 tepat. Selesai kami bercinta, saya
berpura-pura mengerjakan antena parabola itu sambil sekali-kali mengerlingkan mata kepada Anita walaupun
ibunya sedang mengerjakan tugas kantor di sisinya.


No comments:

Post a Comment

Cara Pasang Apk | Cara Betting | Cara Bermain | Panduan Bermain Casino

Popular Posts